KONTEKS.CO.ID – GBLA membara di laga terakhir Persib Bandung pada Liga 1 2022-2023. Apakah ini gambaran ketidaksiapan adakan event besar sepak bola?
GBLA membara di laga terakhir Persib Bandung pada Liga 1 2022-2023. Mengapa suporter yang tidak disiplin bisa kembali berulah di dalam stadion?
Stadion Gelora Bandung Lautan Api membara dan mencekam, pada Sabtu, 15 April 2023 malam WIB.
Itu terjadi setelah Persib Bandung hancur lebur dibantai 1-4 oleh Persikabo 1973 pada laga terakhir Liga 1 musim ini.
Usai pertandingan, kemarahan bobotoh meletup lebih dahsyat. Ribuan flare pun dinyalakan yang membuat suasana Stadion GBLA panas dan membara oleh asap dan api flare.
Bagi Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI) ini merupakan bukti nyata ketidaksiapan semua pihak baik PSSI, Panitia maupun suporter dalam melaksanakan event sepak bola.
Ketua umum PSTI, Ignatius Indro menyesalkan kejadian ini karena ini dirasa jauh dari rasa sportifitas yang harusnya ditunjukan dalam sepak bola.
“Ini adalah bukti ketidaksiapan kita dalam menjalankan pertandingan sepak bola, suporter yang jauh dari sportifitas, lalu panitia dan PSSI yang benar-benar tidak siap,” beber Ignatius Indro seperti dalam rilis PSTI yang dikutip konteks.co.id pada Selasa, 18 April 2023.
“Bagaimana flare yang sudah dilarang oleh FIFA bisa masuk ke dalam stadion dalam jumlah besar. Ini kecolongan atau ada kesengajaan?,” kata Indro lagi.
Indro menambahkan kejadian seperti ini membuktikan belum adanya perbaikan yang dilakukan PSSI baik kepada panitia pelaksana pertandingan maupun edukasi suporter hingga ke akar rumput.
“Ini jelas membuktikan PSSI belum melakukan perbaikan dari banyak hal, mulai dari panitia hingga edukasi suporter yang belum berjalan hingga ke akar rumput. Sebaiknya PSSI segera introspeksi dulu dengan kejadian-kejadian seperti ini bukan malah lempar tanggung jawab ke pihak lain,” lanjut Indro.
Indro juga mengatakan dengan ketudaksiapan ini menjadi salah satu alasan FIFA tidak bisa menyerahkan pelaksanaan Piala Dunia U20 kepada Indonesia karena transformasi sepak bola Indonesia yang tidak berjalan usai tragedi Kanjuruhan.
“Dengan kejadian ini, saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau kita satu grup dengan Israel dan saat bertanding kita kalah. Apa yang bisa terjadi selanjutnya? Baik di dalam maupun di luar stadion,” urai Ignatius Indro.
“Ini karena transformasi sepak bola kita belum berjalan aebagaimana mestinya setelah tragedi Kanjuruhan. Seharusnya PSSI melihat itu dan bukan malah melakukan drama-drama yang membuat kisruh keadaan,” kata Indro mengakhiri.
Perlu diketahui flare adalah benda pyrotechnic yang sering digunakan oleh para suporter di pertandingan sepak bola.
Flare tersebut mengeluarkan asap, cahaya, atau suara yang bisa membuat suasana di stadion menjadi lebih hidup.
Namun, penggunaan flare sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kebakaran, luka bakar, dan kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu, FIFA, organisasi yang mengatur sepak bola dunia, telah melarang penggunaan flare di dalam stadion.
FIFA memandang bahwa penggunaan flare oleh suporter sepak bola sangat berbahaya bagi para pemain, ofisial, dan pengunjung di stadion.
Oleh karena itu, mereka telah menetapkan aturan yang melarang penggunaan flare dan benda-benda pyrotechnic lainnya di dalam stadion.
Sanksi yang diterapkan bagi klub atau negara yang melanggar aturan ini bisa sangat berat, termasuk denda yang besar atau bahkan diskualifikasi dari turnamen.
Hal ini bertujuan untuk memastikan keselamatan semua pihak yang hadir di stadion dan mempromosikan sepak bola sebagai olahraga yang aman dan menyenangkan bagi semua orang.
Tanggapan Persib Bandung
Adapun Direktur Persib Bandung, Teddy Tjahjono, pun buka suara soal insiden di Stadion Gelora Bandung Lautan Api teraktual.
Menurutnya proses sweeping sudah dilakukan dan ada beberapa yang tertangkap oleh pihak keamanan. Ada puluhan flare yang berhasil digagalkan untuk masuk ke dalam tribun stadion.
Akan tetapi masih ada banyak suar yang lolos dan dinyalakan beberapa menit sebelum pertandingan selesai. Kondisi ini membuat Persib terancam diberi denda oleh Komdis PSSI.
“Untuk memberikan pertandingan agar dapat berjalan dengan aman dan nyaman, panpel dan keamanan sudah melakukan prosedur keamanan yang cukup ketat, salah satunya dengan melakukan sweeping secara ketat kepada seluruh Bobotoh yang hendak masuk ke dalam stadion agar oknum bobotoh yang membawa flare tidak dapat masuk ke stadion,” tutur Teddy Tjahjono.
“Namun memang kondisi kemarin sesuai dengan dugaan kami, dimana akhirnya banyak oknum Bobotoh dengan segala cara dapat membawa flare dan menyalakannya di dalam stadion bahkan masuk ke dalam area lapangan,” kata pria berkacamata tersebut.
“Tentunya dampak dari menyalakan flare hingga masuk kedalam area lapangan oleh oknum bobotoh tersebut sangat merugikan klub, kami jelas akan menerima sanksi berupa denda yang besar dari Komisi Disiplin PSSI,” lanjutnya.
Teddy pun berharap ke depannya tak terjadi lagi penyalaan flare dan invasi suporter ke dalam lapangan. Selain ancaman denda dari Komdis, asap dari flare juga berbahaya bagi kesehatan orang yang menghirupnya. Seperti di laga kemarin, ada banyak orang baik itu suporter dan steward yang harus mendapat penanganan medis.
“Terlepas dari itu, ke depannya, kita tetap berharap kesadaran Bobotoh untuk tidak lagi membawa flare dan menyalakannya di dalam stadion dan masuk ke dalam area lapangan. Selain sanksi buat klub, flare juga berbahaya buat kesehatan dan keamanan orang lain di sekitar kita,” ujarnya.
“Kita juga tidak akan lelah untuk terus mengedukasi Bobotoh tentang bahaya penyalaan flare di dalam stadion. Ini semua demi penyelenggaraan pertandingan yang lebih aman dan nyaman buat semua orang yang datang ke stadion,” tandasnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"