KONTEKS.ID – Sebanyak 129 orang dilaporkan meninggal dunia terkait kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu, 1 Oktober 2022.
Kericuhan bermula saat para suporter Arema menyerbu lapangan usai timnya kalah melawan Persebaya Surabaya.
Banyaknya suporter yang menyerbu lapangan membuat pihak keamanan melakukan tindakan pencegahan. Satu di antaranya adalah menembakkan gas air mata untuk mengurai massa.
Gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun. Tembakan gas air mata tersebut membuat para suporter panik dan berhamburan keluar stadion.
Akibatnya, ada suporter yang jadi korban akibat kehabisan oksigen dan juga luka akibat terinjak-injak.
Kerusuhan di Malang ini merupakan tragedi terbesar kedua dalam sepanjang sejarah sepak bola dunia.
Merujuk data Priceconomic, korban jiwa dalam insiden di Stadion Kanjuruhan Malang melewati kasus yang pernah terhadi di Accra Sports Stadium, Accra, Ghana.
Pada kerusuhan yang terjadi pada 5 September 2001 itu, sebanyak 126 orang meninggal dunia.
Sementara itu, tragedi dengan korban jiwa terbanyak dalam kerusuhan sepak bola terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru, pada 24 Mei 1964. Dalam insiden itu, tercatat 328 orang meninggal dunia.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang juga melebihi tragedi Hillsborough. Sebanyak 96 jiwa jadi korban meninggal dunia akibat insiden maut tersebut terjadi pada semifinal Piala FA 1989 itu.
Laga itu mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest di Stadion Stadion Hillsborough, Sheffield, Inggris.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"