KONTEKS.CO.ID – Piala Dunia 2002 di Korea dan Jepang tidak hanya dikenal dengan kesuksesan prestasi Korea Selatan sebagai tuan rumah. Ternyata gelaran ini menyisakan skandal terbesar dalam sejarah sepak bola.
Kontroversi bermula dari terpilihnya Korea dan Jepang sebagai tuan rumah. Jadwal pertandingan di duna negara ini tidak sesuai dengan jam pertandingan Eropa. Selain itu, dari sisi infrastruktur juga kurang memadai.
Lalu muncul laporan penyuapan yang mengklaim Jepang telah membayar untuk mendapatkan hak menjadi tuan rumah.
Selain itu terdapat berbagai kontroversi selama turnamen, termasuk wasit yang mempengaruhi pertandingan, diving pemain, dan dugaan pengaturan skor oleh Korea Selatan.
Eks Wapres FIFA Aktor Utama
Pada akhir Mei 2015, belasan pejabat FIFA ditangkap Kejaksaan Agung Amerika Serikat dan anggota FBI dengan tuduhan pencucian uang, pengaturan skor dan pemerasan.
Corriere dello Sport memberitakan bahwa Kejaksaan Agung Amerika Serikat tengah menyelidiki adanya dugaan pengaturan skor di Piala Dunia 2002.
Beberapa laga di Piala Dunia 2002 mengundang amarah pecinta sepak bola dunia, terutama pertandingan yang melibatkan Korea Selatan. Ada dugaan telah terjadi pengaturan skor pada setiap pertandingan Korea Selatan.
Mantan Wakil Presiden FIFA Jack Warner menjadi tertuduh utama. Dia menjadi tersangka utama karena telah menginstruksikan wasit asal Mesir, Gamal Al Ghandour yang memimpin pertandingan Korea Selatan melawan Spanyol di perempat final. Pun sebelumnya di babak 16 besar memberi arahan ke wasit asal Ekuador Byron Moreno yang selanjutnya jadi musuh nomor satu publik Italia.
Kontroversi Korsel Sejak Fase Grup
Korea Selatan, yang akhirnya mengukir sejarah melaju sampai semifinal, sebelumnya sudah menjadi sorotan utama sejak fase grup. Menempati drup bersama Amerika Serikat, Portugal, dan Polandia, Korsel berhasil menjadi pemuncak klasemen dari hasil dua menang dan satu kali imbang.
Kemenangan Taegeuk Warriors – julukan Timnas Korea Selatan – atas Portugal di fase grup jadi tajuk utama kontroversi. Di pertandingan yang berakhir 1-0 tersebut, dua pemain Portugal mendapat kartu merah.
Pertandingan tersebut merupakan partai hidup-mati. Sebab, jika Portugal menang, mereka akan mendapat 6 poin dan lolos ke 16 besar. Sebaliknya, Korsel belum tentu bisa lolos karena memiliki poin yang sama dengan Amerika Serikat.
Tapi wasit Angel Sanchez dari Argentina sudah memberi kartu merah buat Joao Pinto di menit 27. Pada menit 66 giliran Beto yang dikeluarkan karena mendapat kartu kuning keduanya.
Empat menit berselang, Park Ji-sung mencetak gol semata wayang buat Korsel untuk bertemu Italia di 16 besar.
Italia Musuhi Wasit Byron Moreno
Di babak 16 besar, saat pertandingan baru berjalan empat menit, wasit Byron Moreno dari Ekuador langsung menghadiahi Korsel tendangan penalti. Sebab, Christian Panucci menjatuhkan Seol Ki-Hyeon di kotak terlarang. Beruntung bagi Italia, kiper Gianluigi Buffon masih bisa menghalau sepakan Ahn Jung-Hwan.
Kedua kubu bermain 1-1 di waktu normal. Di babak tambahan waktu, Francesco Totti dianggap diving dan mendapat kartu kuning keduanya di menit 103.
Lantas, ada kejanggalan kala wasit menganulir gol Damiano Tommasi yang membuat tensi di kubu Gli Azzurri – julukan Timnas Italia – memanas.
Pada menit 117 Korsel mengakhiri laga ini yang kala itu masih menerapkan sistem golden goal lewat aksi Ahn Jung-hwan.
Ironisnya, kepahlawanan Ahn Jung-hwan berdampak buruk pada kariernya. Beberapa hari setelah pertandingan itu, pemilik klub Perugia di Italia, Luciano Gaucci, memutus kontraknya dengan sang pemain.
Lagi-lagi Wasit Berperan
Kemudian di perempat final, lagi-lagi wasit berperan ‘menenangkan’ Korsel. Wasit Gamal Al Ghandour menganulir dua gol dari Ruben Baraja dan Luis Enrique.
Sama seperti kartu merah Totti, publik sepak bola kembali mempertanyakan gol Tommasi yang dianulir, serta golden goal Ahn, serta dua gol Ruben Baraja dan Luis Enrique.
Gamal menganulir gol Baraja karena menganggap telah terjadi pelanggaran lebih dulu. Sementara, gol Enrique dianulir karena bola dianggap sudah melewati garis tepi sebelum disundul Fernando Morientes masuk ke gawang. Padahal dari replay televisi, bola sebenarnya masih berada di lapangan!
Dalam tos-tosan, Korea menang 5-3 atas La Furia Roja – julukan Timnas Spanyol – dan menantang Jerman di semifinal.
Sayangnya kali ini tak ada bantuan kartu merah untuk lawan Korsel. Jerman unggul 1-0 berkat gol Michael Ballack di menit 75. Pasukan arahan Guus Hiddink pun terhenti di semifinal. Mereka juga kalah 2-3 dari Turki di perebutan tempat ketiga.
Byron Moreno Kena ‘Karma’
Selepas Piala Dunia 2002, Byron Moreno tidak lepas dari kontroversi. Ia pernah memberi tambahan waktu 13 menit dalam sebuah laga. Ini membuatnya terkena hukuman 20 bulan tidak boleh memimpin pertandingan.
Delapan tahun kemudian, pada 2010, Byron Moreno tertangkap karena kedapatan membawa enam kilogram heroin. Para mantan punggawa Italia korban moreno menyambut kabar itu dengan berbagai sindiran pedas.
“Saya pikir heroin sudah dibawa Moreno di badannya sejak 2002,” sindir Gianluigi Buffon. Sementara Christian Panucci mengatakan, “Sepanjang 90 menit pertandingan, saya selalu protes. Namun di matanya ia tidak mengeluarkan ekspresi apa-apa. Ia terlalu kagum oleh penonton Korea.”
Lalu apa kata pemain Spanyol yang korban kontroversi wasit Gamal Al Ghandour ketika bertemu Korsel di perempat final?
“Apa yang terjadi di laga ini adalah perampokan. Jika kami tidak menang di laga ini, itu karena mereka (wasit) tidak ingin kami menang hari ini. Saya benar-benar kecewa,” ucap bek Timnas Spanyol Ivan Helguera.
Presiden FIFA (waktu itu) Sepp Blatter menolak gunjingan konspirasi yang menguntungkan Korea. Akan tetapi, ketika skandal FIFA terungkap 2015, Jack Warner — yang saat itu sebagai administrator yang memilih perangkat pertandingan — mengakui perbuatannya. Ia menyuap Ghandour dengan sebuah mobil mewah untuk memuluskan langkah Korea ke semifinal.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"