KONTEKS.CO.ID – Apakah Juve terlibat skandal akun palsu selain calciopoli dan plusvalenza baru-baru ini ditanyakan banyak fan sepak bola.
Apakah Juve terlibat skandal akun palsu selain calciopoli dan plusvalenza? Jika iya, itu sekaligus menjadikan klub asal Turin tersebut akrab dengan skandal sepak bola di kompetisi sepak bola Italia.
Skandal akun palsu
Akun palsu di Italia dikenal sebagai Doping Amministrativo, yang berarti direktur klub sepak bola menggunakan cross-trading (atau pertukaran pemain) dengan harga meningkat dalam rangka meningkatkan keuntungan keuangan untuk menghindari re-kapitalisasi.
Tapi itu karena pendapatan perusahaan sebenarnya tidak meningkat (angka memang meningkat), terlihat seperti menggunakan dana tambahan.
Pada Oktober 2007, AS Roma didenda 40 ribu untuk pelanggaran administrasi terkait dengan penjualan pemain muda, tapi membebaskan akuntansi palsu yang berkaitan dengan hari masuknya kemungkinan salah keuntungan dari penjualan Hidetoshi Nakata saat Lazio dibebaskan.
Pada Desember 2007, 7 klub Serie A (beberapa kemudian degradasi ke Serie B) didenda untuk akuntansi palsu dengan menggelembungkan harga pemain yang mereka beli dan jual, dalam rangka untuk lulus tes keuangan di musim 2003-04, 2004-05 dan 2005-06.
Pada Juni 2010, Maurizi Zamparini, presiden Palermo dan beberapa staf dari Ternana juga didenda dan dilarang beraktivitas di sepak bola.
AC Milan dan Inter Milan, serta Sampdoria, Udinese, Palermo, Chievo, Genoa, hingga Reggina, dan Ternana beserta para petinggi klub mereka ikutan kena hukuman akibat terlibat dalam skandal akun palsu.
Justru sejumlah petinggi teras Inter Milan hingga wakil presiden AC Milan yang terlibat dalam skandal akun palsu harus membayar denda.
Setelah penjelasan tadi, ternyata Juventus tidak terlibat dalam skandal akun palsu. Namun sebelum dihukum pengurangan 15 poin akibat skandal plusvalenza, Bianconeri sebelumnya jadi aktor utama calciopoli.
Apa itu Calciopoli?
Skandal Serie A 2006 dalam bahasa Italia disebut Calciopoli atau Moggiopoli, kadang-kadang disebut sebagai Calciocaos, melibatkan dua divisi profesional tertinggi di sepak bola Italia, Serie A dan Serie B.
Skandal ini terungkap pada Mei 2006 oleh polisi Italia, melibatkan juara liga Juventus, dan tim besar lainnya, termasuk AC Milan, Fiorentina, Lazio, dan Reggina ketika sejumlah transkrip percakapan telepon menunjukkan jaringan hubungan antara manajer tim dan organisasi wasit.
Skandal itu pertama kali terungkap sebagai konsekuensi dari penyelidikan jaksa pada sebuah agensi sepak bola terkenal di Italia, GEA World. Transkrip percakapan telepon yang direkam diterbitkan di surat kabar Italia mengungkap bahwa selama musim 2004-05, direktur umum Juventus, Luciano Moggi dan Antonio Giraudo melakukan percakapan dengan beberapa pejabat dari sepak bola Italia untuk mempengaruhi penunjukan wasit.
Pada tanggal 4 Juli 2006, jaksa Federasi Sepak Bola Italia, Stefano Palazzi, menyerukan semua empat klub di tengah skandal pengaturan pertandingan agar didegradasi dari Serie A. Palazzi menyerukan Juventus turun ke Serie C1 setidaknya (pernyataannya menyatakan bahwa Juventus harus didegradasi “lebih rendah dari Serie B,” tanpa menyebutkan divisi yang khusus).
Kemudian untuk Fiorentina dan Lazio untuk setidaknya degradasi ke Serie B. Dia juga meminta hukuman pengurangan poin (enam poin untuk Juventus, tiga untuk Milan, dan 15 untuk Fiorentina dan Lazio). Jaksa juga meminta Juventus dilucuti gelar juara tahun 2005 dan 2006-nya.
Terdegradasinya Juventus juga mendorong eksodus besar-besaran pemain penting seperti Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, dan Zlatan Ibrahimovic.
Sekitar 30 pemain lain yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA 2006 juga terpengaruh dan banyak memilih untuk pindah ke Liga Inggris, LaLiga Spanyol, dan liga-liga Eropa lainnya.
Juventus akhirnya kesempatan berjuang untuk promosi. Mereka memenangkan Serie B musim 2006-07, dan merebut tempat di Serie A pada Mei 2007.***
Hukuman bagi klub dan individu yang terlibat skandal akun palsu
AC Milan
Perusahaan: Denda €90,000.
Adriano Galliani (wakil presiden): Denda €60,000.
Internazionale
Perusahaan: Denda €90,000.
Massimo Moratti (pemilik): Denda €10,000.
Gabriele Oriali (direktur teknik): Denda €10,000.
Mauro Gambaro (mantan CEO): Denda €20,000.
Rinaldo Ghelfi (mantan CEO dan kemudian wakil presiden): Denda €20,000.
Sampdoria
Perusahaan: Denda €36,000.
Giuseppe Marotta: Denda €20,000.
Riccardo Garrone: Denda €18,000.
Genoa
Perusahaan: Denda €400,000.
Giovanni Blondet: Denda €15,000.
Enrico Preziosi: Sanksi 4 bulan dan denda €15,000.
Reggina
Perusahaan: Denda €400,000.
Pasquale Foti: Sanksi 1 bulan dan denda €20,000.
Udinese
Perusahaan: Denda €400,000.
Franco Soldati (presiden): Sanksi 3 bulan dan denda €30,000.
Pierpaolo Marino (kemudian menjadi wakil presiden): Denda €15,000.
Chievo
Perusahaan: Denda €50,000.
Luca Campedelli (pemilik): Denda €40,000.
Giovanni Sartori (direktur olahraga): Denda €15,000.
Palermo
Maurizio Zamparini (presiden): Sanksi 6 bulan.
Rino Foschi (direktur olahraga): Sanksi 3 bulan.
Ternana
Perusahaan: Denda €20,000.
Luigi Agarini (presiden): Sanksi 7 bulan.
Luca Ferramosca (presiden): Sanksi 6 bulan.
Giovanni Lombardo (CEO/Amministratore Delegato): Sanksi 3 bulan.
Stefano Dominicis(CEO/Amministratore Unico): Sanksi 6 bulan.
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"