KONTEKS.CO.ID – Pemain naturalisasi Indonesia menjerit kecam kebijakan Erick Thohir. Untuk penjelasan selengkapnya bisa disimak dalam artikel berikut.
Pemain naturalisasi Indonesia menjerit kecam kebijakan Erick Thohir. Kebijakan apakah yang diusulkan oleh ketua umum PSSI yang baru tersebut hingga membuat para pemain naturalisasi berteriak.
Baru wacana sudah ramai. Ya, itu setelah Ketua Umum PSSI Erick Thohir melontarkan argumen bahwa PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) tengah menggodok aturan baru.
Aturan baru itu adalah mengenai pembatasan jumlah pemain naturalisasi di Liga Indonesia, yakni setiap klub hanya diperbolehkan memiliki satu pemain naturalisasi saja.
“PSSI mengambil posisi. Kalau bisa dan harus bisa, pemain naturalisasi hanya satu (di setiap klub). Kalau tidak, kapan pemain Indonesia akan bermain?” beber Erick Thohir.
“Liga 2 juga bersepakat untuk menaikkan kelas dengan maksimal satu pemain naturalisasi. Jangan karena naturalisasinya mudah, tahu-tahu klub memiliki tujuh pemain naturalisasi di Liga 2,” ungkap Erick Thohir lagi.
Lebih jauh, Erick Thohir menjelaskan: “Mengapa pembatasan naturalisasi kami dorong menjadi satu, supaya jangan tiba-tiba sebelas orang yang bermain dalam (starting eleven sebuah klub) ada lima pemain asing ditambah enam pemain naturalisasi.”
“Artinya apa? Bukan orang kita (Indonesia) semua. Iya kalau pemain naturalisasinya mau bermain untuk Timnas Indonesia. Makanya kami bikin batasan-batasan,” urai Erick Thohir.
Namun, gagasan pengetatan jumlah pemain naturalisasi menjadi ironi karena PSSI malah merancang untuk menambah jumlah pemain asing dari 3+1 (3 pemain asing + 1 pemain naturalisasi) menjadi 5+1 (5 pemain asing + 1 pemain naturalisasi) mulai Liga Indonesia musim depan.
Para pemain naturalisasi pun berteriak dan mengecam rencana penerapan aturan yang tengah digodok ini.
Pasalnya, bila jumlah pemain naturalisasi di Indonesia sudah puluhan. Bila jumlah klub peserta di Liga 1 (musim depan berubah nama menjadi Liga Indonesia) hanya 18, maka hanya 18 orang saja dari pemain naturalisasi yang bisa bermain di kasta teratas kompetisi sepak bola Indonesia.
Lantas puluhan pemain naturalisasi lainnya harus bermain di mana? Liga 2 kah sebagai kompetisi kasta kedua di Indonesia?
Bila pemain naturalisasi bermain di Liga 2, jelas kualitas mereka yang berada di atas rata-rata pemain lokal Indonesia, sangat disayangkan harus bermain di kasta kedua.
Pun anggaran gaji klub-klub Liga 2 tidak sebesar yang dimiliki klub-klub Liga 1 yang berarti, gaji pemain naturalisasi yang bermain di Liga 2 lebih kecil dari gaji pemain naturalisasi yang bermain untuk klub Liga 1.
Para pemain naturalisasi pun berteriak di media sosial mengecam rencana aturan baru tersebut. Berikut argumen mereka.
Marc Klok (Persib Bandung)
“Kami WNI (Warga Negara Indonesia) dan semua WNI seharusnya memiliki hak yang sama. Namun, kami merasa peraturan tersebut mendiskriminasi kami sebagai warga negara naturalisasi,” ungkap pemain naturalisasi Persib Bandung, Marc Klok dalam akun @marcklok.
“Kami memilih Indonesia karena kami mencintai negara ini dan berkomitmen untuk menjadi bagian dari komunitas sepak bola di sini.”
“Kami berharap kompetisi yang ramah bagi semua pemain. Terlepas dari asal mereka dan latar belakang mereka,” tutur pesepak bola yang dinaturalisasi pada 2020 tersebut.
Diego Michiels (Borneo FC)
“Keluarga dari Indonesia. Darah saya Indonesia. Istri saya orang Indonesia. Anak-anak saya orang Indonesia. Paspor saya Indonesia. Tinggal di Indonesia. Bayar pajak setiap bulan untuk Indonesia.”
“Dianggap orang Indonesia saat membela Timnas Indonesia. Tapi sekarang? Diangga orang luar? Oke siap!”
Alberto Goncalves (Madura United)
“Waktu di Timnas Indonesia, kita pemain lokal. Sekarang di kompetisi, kita menjadi naturalisasi. Kuota satu atau dua. Coba hargai kita dan semua yang kita buat untuk negara ini.”
Ilija Spasojevic (Bali United)
“Sepak bola adalah olahraga global yang merayakan keberagaman. Peraturan yang beredar baru-baru ini bertentangan dengan semangat ini.”
“Kami berharap semua pihak dapat mempertimbangkan kembali peraturan ini dan membuat kompetisi yang adil serta inklusif untuk semua pemain. #forbetterindonesiafootball”
Herman Dzumafo (FC Bekasi City)
“Entah apa yang merasuki orang ini? Supaya apa bos coba? Ooo supaya dibilang ada perubahan ya. Mana janji manismu.”
Ezra Walian (Persib Bandung)
“Kebangsaan Indonesia. Keluarga Indonesia. Tinggal di Indonesia. Kenapa bermain di klub menjadi naturalisasi? Kalau bermain di Timnas Indonesia, WNI. Kalau bermain di klub, pemain naturalisasi.”
Victor Igbonefo (Persib Bandung)
“Kalau bermain di Timnas Indonesia, WNI. Kalau bermain di klub, pemain naturalisasi.”
Stefano Lilipaly (Borneo FC)
“Kalau bermain untuk Timnas Indonesia, kita orang Indonesia. Saat bermain di kompetisi, kita orang ‘naturalisasi’.”***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"