KONTEKS.CO.ID – Sungai Cisadane dan upaya penyelamatannya dibahas di artikel ini. Dalam hal ini, Yayasan Bangsa Suci Indonesia mendorong adanya penyelamatan Sungai Cisadane secara nyata oleh stakeholder terkait.
Untuk itu, Yayasan Bangsa Suci Indonesia menggelar Focus Group Discussion Peran Strategis Mitra Pentahelix dalam Pelestarian Sungai Cisadane. Tujuannya, mendorong semua pihak berkepentingan agar tergerak menyelamatkan sungai ini tanpa menunggu label “Sungai Terkotor Se-Dunia” terlebih dahulu.
Bahkan forum yang ini digadang-gadang sebagai landasan pencanangan Cisadane Bebas Sampah dan Limbah Tahun 2045.
Diadakan di Saung Riverfront Edu Center Banksasuci Cihuni, Jalan Gading Golf Boulevard Gading Serpong – Kabupaten Tangerang, pada 10 Mei 2023, forum diskusi dihadiri perwakilan pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, akademisi, hingga wartawan.
“Jangan menunggu menjadi Sungai Terkotor Se-Dunia terlebih dahulu, baru mulai bergerak dan berbuat untuk Sungai Cisadane,” kata Ketua Yayasan Bangsa Suci Indonesia, Ade Yunus, kepada KONTEKS.CO.ID, Minggu, 13 Mei 2023.
Focus group discussion tersebut diharapkan menjadi forum tukar pendapat dan diskusi antar-stakeholder diarahkan untuk menggali ide, pemikiran memetakan program berkelanjutan bagi Sungai Cisadane.
Gerakan penyelamatan Sungai Cisadane menjadi sangat penting. Sebab sungai terus mengalami pedangkalan, dan debit airnya semakin menurun.
Bahkan, kualitas airnya juga merosot sehingga perlu dilakukan upaya penyelamatan bersama-sama. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, Sungai Cisadane sementara ini, balance water-nya sudah hampir nol.
“Bahkan, hampir sekitar 700 lagi. Itu pun hanya ada di hulu. Bukan di hilir. Kalau di hilir sudah hampir habis. Dengan begitu, air baku Cisadane sudah hampir habis. Dan sudah jauh berkurang,” beber Ade.
Jadi, lanjut dua, antara kebutuhan dan kesediaan air baku tidak seimbang. Kualitas air di Cisadane kini juga masuk dalam kategori terpolusi parah.
Perubahan lahan yang terjadi hanya menyisakan 36,6% wilayah hutan alami, yang berdampak secara langsung terhadap kualitas air. Di sisi lain, hal ini juga mengurangi nilai ekologis dan meningkatkan emisi karbon.
Ade menjelaskan, kualitas air di DAS Cisadane, mengalami pencemaran berat. Pencemaran diakibatka sampah plastik yang ditimbulkan dari kegiatan industri dan rumah tangga yang mengalir dari Bogor hingga pantai utara Tangerang.
Bila sampah plastik yang mengalir di sungai menuju lautan, menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa pada tahun 2050 kemungkinan ada lebih banyak plastik daripada ikan di lautan berdasarkan pada beratnya.
Pada kesempatan itu, Sekjen Yayasan Peduli Lingkungan Hidup Indonesia Yapelhi, Dandi Mahendra mengajak semua stakeholders untuk mengeratkan sinergitas dan kolaborasi dalam pelestarian Sungai Cisadane.
“Untuk merealisasikan program berkesinambungan dalam pelestarian Sungai Cisadane dibutukan sinergi dan kolaborasi, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri,” ujarnya.
Inisiasi ini disambut baik oleh pebisnis. M Ali Mu’min dari Perumdam Tirta Benteng Kota Tangerang menyatakan mendukung penuh pelestarian Sungai Cisadane. Karena ini merupakan air baku utama pengolahan air perusahaanya.
Begitu juga dengan Chandra Gunawan, perwakilan T. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Mereka akan terus mendukung program pencanangan Cisadane Bebas Sampah dan Bebas Limbah 2045.
“Pelestarian Sungai Cisadane berkelanjutan adalah program prioritas kami. Jadi kami sepenuhnya mendukung,” katanya.
“Kebetulan sebelum jadi Kasrem saya pernah menjadi Dandim di tiga kota/kabupaten, serta diminta turut berpartisipasi dalam Program Citarum Harum, saya mengapresiasi semangat para penggiat yang menggelora dalam pelestarian Sungai Cisadane,” timpal Kasrem 052/Wijayakrama Kolonel Indarto.
Ketua Forum Wartawan Tangerang (FORWAT), Andi Lala pun siap mensosialisasikan dan berita baik langkah dan aksi nyata pelestarian Sungai Cisadane
Data Yayasan Bangsa Suci Indonesia menyebutkan, kualitas air Sungai Cisadane dari hulu hingga hilir yaitu tercemar ringan di Stasiun 1-6) dan tercemar parah di Stasiun 7- 9 yang berada di bagian hilir.
Kadar air Sungai Cisadane masih jauh dari ambang batas tertinggi berdasarkan PP No 82/2001. Kadar air semakin ke hilir semakin meningkat yaitu hulu 0,044 ± 0,435 mg/L, tengah 0,115 -0,622 mg/L, dan hilir 0,26 ± 0,806 mg/L. “Konsentrasi masih di bawah ambang batas yang ditetapkan pemerintah untuk semua kelas,” imbuhnya.
Dalam hal penegakkan hukum, pada tahun 2014 di Kota Tangerang sebanyak dua perusahaan terbukti melakukan pencemaran terhadap Sungai Cisadane telah dikenai sanksi berat. Satu perusahaan lainnya dikenakan denda Rp2 miliar hingga ganti rugi.
Sumber Kehidupan
Sungai Cisadane memiliki mata air di Gunung Kendeng dan umumnya hulu sungai ini berada di lereng Gunung Pangrango dengan beberapa anak sungai yang berawal di Gunung Salak, melintas di sisi barat Kabupaten Bogor, terus ke arah Kota Tangsel dan Kabupaten Tangerang melintasi Kota Tangerang dan bermuara di Tanjung Burung, Kabupaten Tangerang.
Panjang keseluruhan Sungai Cisadane sekitar 126 km dengan luas DAS Cisadane seluruhnya sekitar 154.654 ha dan melintasi 44 kecamatan di 5 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kab. Tangerang, Kota Tangerang, dan Tangerang Selatan.
Terbagi menjadi 4 sub DAS, daerah aliran sungai ini di sebelah baratnya berbatasan dengan DAS Ci Manceuri, Ci Ujung, Ci Durian dan Ci Bareno. Sebelah selatannya berbatasan dengan DAS Ci Mandiri, sementara sebelah timurnya berbatasan dengan DAS Kali Angke dan DAS Ci Liwung.
Sungai Cisadane merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat khususnya Tangerang Raya (Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang). Ya, Sungai Cisadane dijadikan sebagai Air Baku yang diolah menjadi Air bersih bagi Perusahaan Daerah Air Minum baik Perumda Tirta Kertaraharja, Perumda Tirta Benteng Kota Tangerang dan PT PITS Kota Tangerang Selatan serta oleh sejumlah industri dan properti.
“DAS Cisadane menjadi tumpuan bagi 1,7 juta orang sebagai penyedia sumber air bersih untuk kebutuhan pertanian, peternakan, industri, maupun kebutuhan hidup sehari-hari, yang disalurkan melalui PDAM,” tutur Ade.
Belajar dari Sungai Citarum
Penanganan masalah Sungai Citarum bisa menjadi studi banding. Tahun 2018 World Bank menobatkan Sungai Citarum sebagai sungai terkotor di dunia akiat pencemaran limbah rumah tangga dan industri yang menduduki bantaran sungai.
Saat dilakukan pengukuran kualitas air, Sungai Citarum dalam kondisi tercemar berat dengan indeks kualitas air (IKA) sebesar 33,43 poin.
Sungai ini memiliki panjang sekitar 297 kilometer dan melalui 13 wilayah kabupaten/kota, Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Jawa Barat. Sungai ini juga menjadi sumber air yang paling diandalkan bagi masyarakat.
Terdapat 1.900 industri di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Citarum dengan 90% di antaranya memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang tidak memadai.
Selain itu, Sungai Citarum juga disuplai 20.462 ton sampah rumah tangga per harinya dengan 71 persen diantaranya tidak terangkut sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Ini dilema besar bagi penghuni dan perusahaan yang berada di sekitar DAS Citarum. Sebab seluruh industri dan pabrik di sekitar sungai tersebut menjadi sumber penghasilan dan pekerjaan warga sekitar Citarum, sedangkan pabrik tersebut menyumbang 340.000 ton limbah cair per harinya.
Setelah keluarnya Perpres No 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum, kondisi Citarum mulai membaik.
Pada periode 2020-2021, Citarum memiliki IKA sebesar 55 poin dan masuk dalam kategori cemar ringan.
Program Citarum Harum sebagai solusinnya meliputi 13 bidang urusan. Di antaranya, penanganan lahan kritis, limbah industri, limbah peternakan, limbah cair domestik, pengelolaan sampah, penertiban keramba jaring apung, dan kegiatan lainnya.
Ini digerakan melalui kolaborasi sinergis yang dikerjakan oleh stakeholders pentahelix yang meliputi pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas serta media dalam meningkatkan kualitas lingkungan Sungai Citarum.
Hingga Tahun 2022 Pengelolaan sampah Sungai Citarum sudah mencapai 2.700 ton per hari. Sementara dari sisi penegakan hukum, dari 131 kasus pengaduan yang ada, 15 kasus di antaranya telah diputus pengadilan pidana dan 70 di antaranya sudah dikenakan sanksi administrasi.
Khusus penanganan sampah, pemerintah melakukan penandatanganan perjanjian pinjaman dengan World Bank sebesar USD100 juta atau sekitar Rp1,58 triliun. Dana itu digunakan untuk melaksanakan Program Improvement of Solid waste Management Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP).
Yakni, dengan membangun Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) skala kota dan pengadaan armada pengangkut sampah dengan anggaran sekitar Rp1,2 triliun. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"