KONTEKS.CO.ID – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengungkapkan morfologi kubah lava di sebelah barat daya Gunung Merapi mengalami perubahan.
Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), perubahan morfologi kubah lava di Gunung Merapi terjadi akibat aktivitas guguran lava dan awan panas guguran.
Data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), perubahan morfologi kubah lava berdasarkan hasil analisis morfologi pada kubah lava dari stasiun kamera Merbabu, Deles 5, dan Babadan 2 periode 30 Juni sampai 6 Juli 2023.
“Morfologi kubah barat daya mengalami sedikit perubahan akibat aktivitas guguran lava dan awan panas guguran, sedangkan untuk kubah tengah tidak teramati perubahan yang signifikan,” ungkap Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso menukil Antara, Minggu 9 Juli 2023.
Agus mengatakan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.
Lantaran itu, BPPTKG tetap mempertahankan status Gunung Merapi berada pada Level III atau Siaga.
Masyarakat juga diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya Gunung Merapi.
Berdasarkan foto udara pada 24 Juni 2023 volume kubah barat daya Merapi terukur sebesar 2.465.900 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.346.500 meter kubik.
“Pada kubah barat daya teramati titik panas tertinggi mencapai 500 derajat Celsius, dan pada kubah tengah mencapai 199,7 derajat Celsius,” kata Agus.
Sepanjang pengamatan selama sepekan, Gunung Merapi meluncurkan awan panas guguran satu kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.700 meter.
Sedangkan guguran lava teramati 117 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter.
Dalam sepekan, Gunung Merapi tercatat mengalami 20 kali gempa awan panas guguran (AP), 79 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), tiga kali gempa low frekuensi (LF), 228 kali gempa fase banyak (MP), 1.969 kali gempa guguran (RF), 82 kali gempa hembusan (DG), dan empat kali gempa tektonik (TT).
“Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan dengan minggu lalu,” jelas Agus.
Dalam sepekan, Gunung Merapi tercatat mengalami satu kali gempa awan panas guguran (APG), 92 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 543 kali gempa fase banyak (MP), sembilan kali gempa frekuensi rendah (LF), 1.128 kali gempa guguran (RF), dan 27 kali gempa tektonik (TT).
“Intensitas kegempaan pada minggu ini masih cukup tinggi,” ucap Agus Budi.
Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal lima km) serta Sungai Bedog, Krasak, Bebeng (sejauh maksimal tujuh km).***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"