KONTEKS.CO.ID – Aryanto Misel, penemu alat pengubah air menjadi bahan bakar bernama Niku Bayu atau Nikuba Hidrogen menyebut tak butuh dukungan dan bantuan pemerintah.
Aryanto Misel mengatakan, tak membutuhkan bantuan pemerintah untuk pengembangan Niku Banyu atau Nikuba Hidrogen alat ubah air jadi hasil inovasinya.
Pernyataan tak butuh pemerintah disampaikan Aryanto Misel, penemu inovasi Niku Banyu atau Nikuba Hidrogen dalam sebuah wawancara televisi yang diunggah di media sosial oleh akun Instagram Undercover.
“Saya tidak butuh mereka (pemerintah),” ungkap Aryanto Misel, dikutip Minggu 9 Juli 2023.
Musababnya, Aryanto mengaku kecewa kepada pemerintah yang dianggap telah mengucilkannya selama ini.
“Saya tidak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, tidak mau,” kata dia.
Aryanto Misel Go International
Niku Bayu atau Nikuba Hidrogen telah ‘go internasional’. Aryanto Misel diundang ke Italia untuk mempresentasi dan uji coba instrumennya Nikuba Hidrogen.
Aryanto Misel dan dua petinggi PT Octagon telah terbang ke Italia pada Jumat 16 Juni 2023 dari Jakarta menuju Milan.
Pangdam III/Slw Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo, inovasi yang dikembangkan Aryanto Misel tersebut merupakan sebuah peluang untuk mengembangkan teknologi.
Kata Kunto, sekecil apapun peluang terhadap energi baru harus dikembangkan.
“Tiba saatnya Nikuba sebagai alternatif solutif akan mencoba terbang untuk dipresentasikan pada dunia. Meski memerlukan proses, namun ide, tindakan, komitmen dan keyakinan terhadap Nikuba sebagai alternatif energi terbarukan dapat menjadi peluang di masa yang akan datang,” kata Kunto dalam keterangannya menukil situs resmi TNI AD, Senin 3 Juli 2023.
Nikuba merupakan alat yang dilengkapi sistem pemisahan hidrogen dan oksigen pada kandungan air, untuk selanjutnya bisa digunakan sebagai bahan bakar.
“Nikuba ini memiliki fungsi memisahkan antara hidrogen (H2) dan oksigen (O2) yang terkandung di dalam air (H2O). Hidrogen yang telah terpisah kemudian dialirkan ke dalam ruang pembakaran dari mesin kendaraan bermotor,” jelas Aryanto.
Nikuba diklaim berhasil disempurnakan sehingga lebih efisien saat digunakan dengan kemungkinan menghemat 100 persen bahan bakar.
Sementara itu, kolaborasi dan komitmen terhadap inovasi Nikuba terus berjalan dengan baik melalui rangkaian beberapa model uji coba.
Kini telah banyak motor babinsa Kodam III/Slw yang terpasang Nikuba.
Dari hal tersebut didapatkan data-data untuk penyempurnaan terhadap inovasi tersebut.
Disangsikan BRIN
Peneliti laboratorium motor bakar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arifin Nur menyangsikan bahwa penemuan Aryanto.
“Jika bisa sampai segitu, pasti yang bersangkutan akan menang lomba Shell Eco Marathon kelas Asia dan mungkin sudah dikontak dan dikontrak oleh pabrikan otomotif dunia,” tulis Arifin.
Menurut perhitungan Arifin, jarak Cirebon-Semarang sejauh 200 kilometer lebih, yang berarti 400 kilometer jika dilakukan pulang pergi.
“Jika digunakan sebagai bahan bakar suplemen/tambahan bahan bakar utama (bensin/solar) itu bisa saja,” jelas Arifin.
Arifin mengakui pihaknya belum pernah mencoba oxyhydrogen hasil elektrolisis untuk digunakan sebagai pengganti bahan bakar utama.
Alasannya, diperlukan modifikasi dan engine mapping yang relatif rumit untuk menyesuaikan timing waktu pembakaran yang disesuaikan dengan karakteristik gas oxyhydrogen tersebut, seperti cepat rambat pembakaran, autoignition temperature, nilai kalor gas dan sebagainya.
“Yang pernah kami uji dan kami teliti adalah gas oxyhydrogen tersebut digunakan sebagai bahan bakar tambahan pada kendaraan, di mana bahan bakar utama kendaraan/mesin tersebut tetap bahan bakar minyak seperti bensin atau solar,” ungkapnya.
Menurut Arifin, untuk mesin dinamis, seperti mesin kendaraan hasil uji, menunjukkan efisiensi penggunaan BBM yang bervariasi tergantung kondisi jalan karena untuk menghasilkan gas oxyhydrogen tersebut membutuhkan sumber energi listrik dari aki/baterai dan kemungkinan bisa sangat menghemat jika kondisi jalan cenderung menurun.
Untuk hasil uji pada mesin statis seperti generator PLTD, efisiensi penggunaan BBM tidak lebih dari 2 persen.
Hal itu bersumber energi oxyhydrogen generatornya diambil dari sumber lain, tidak dalam suatu siklus tertutup seperti seharusnya pengujian dilakukan.
“Sepeda motor 100 cc massal paling efisien saja saat ini paling jauh hanya bisa menempuh 60 km/liter BBM dengan syarat dan ketentuan berlaku selama pengujian,” ujarnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"