KONTEKS.CO.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak fenomena El Nino mulai memasuki puncaknya pada bulan Agustus.
Dengan demikian, menurut BMKG wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara tidak akan turun hujan sepekan ke depan.
“Pada sepekan ke depan cuaca di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan cenderung cerah berawan-berawan,” tulis menukil keterangan BMKG, Selasa 15 Agustus 2023.
BMKG memprediksi kondisi berbeda terjadi di sebagian wilayah Sumatra, Kalimantan bagian timur dan Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara serta Papua.
Menurut BMKG, cuaca di wilayah tersebut akan cenderung hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
BMKG menjelaskan, kondisi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara tidak akan turun hujan sepekan ke depan.
Penyebab Jawa-Bali Kering
Penyebab pertama, dalam skala global, dua penanda fenomena El Nino yakni Southern Oscillation Index (SOI) dan Nino 3.4 tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, masing-masing -13,7 dan +1.04.
Kedua, dalam skala regional fenomena angin atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) aktif pada kuadran 8 (belahan bumi Barat dan Afrika), menunjukkan kondisi yang kurang signifikan untuk wilayah Indonesia.
BMKG juga memprediksi selama sepekan ke depan, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprediksi aktif di sebagian wilayah Sumatra bagian utara, Jawa bagian barat, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara, Maluku Utara dan Papua bagian barat.
Sementara itu, BMKG memprediksi gelombang Kelvin masih akan aktif di sebagian wilayah Bali dan Nusa Tenggara, dan Papua.
Dengan demikian, menurut BMKG, faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
BMKG mengungkapkan, daerah pertemuan atau perlambatan kecepatan angin (konvergensi) terpantau memanjang. Kondisi tersebut terjadi di Samudra Hindia barat Sumatra Utara hingga Aceh dari Samudra Hindia barat Sumatera Barat hingga Selat Malaka.
Lalu, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara bagian utara hingga Sulawesi Tengah. Kemudian, dari Papua hingga Papua Barat dan di Samudra Pasifik utara Papua.
BMKG menyebutkan, kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.
Labilitas Lokal Kuat mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan.
“Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua,” tulis BMKG.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"