KONTEKS.CO.ID – Pemerintah telah melaksanakan proyek pembangunan jalan yang menghubungkan Labuan Bajo dengan Golo Mori. Sebagai proyek infrastruktur penting dan berharap dapat memberikan akses yang lebih baik bagi masyarakat.
Namun, di balik kegembiraan akan akses baru ini, terdapat cerita yang mengharukan tentang pengorbanan warga yang terkena dampak proyek ini.
Proyek pembangunan jalan ini dengan dana menggunakan pajak rakyat dengan total nilai sekitar Rp400 miliar. Warga yang telah lama mendambakan akses yang lebih baik tentu menyambut kabar ini dengan gembira.
Namun, sayangnya, cerita ini juga menyoroti kenyataan bahwa pengorbanan sejumlah warga yang terkena dampak pembangunan jalan ini tidak mendapatkan kompensasi yang adil.
Meskipun pembangunan jalan untuk kepentingan umum, banyak warga yang harus merasakan konsekuensi yang cukup berat. Beberapa di antara mereka memiliki rumah dan tanah yang terkena dampak langsung proyek pembangunan jalan ini.
Alih-alih ganti untung, mereka pun tidak mendapat ganti rugi dengan alasan tidak adanya anggaran untuk itu.
Salah seorang warga yang terkena dampak proyek ini mengungkapkan bahwa pekarangan mereka, yang kurang lebih berjarak 10 meter dari jalan, serta sawah mereka harus terkena pembangunan jalan baru ini.
Kondisi yang lebih berat adalah ketika mereka diancam bahwa jika mereka tidak setuju dengan syarat-syarat tersebut, maka jalan yang dibangun tidak akan melewati kampung mereka.
Dalam situasi yang sulit, warga terpaksa harus rela menyetujui tanpa mendapatkan ganti rugi. Bahkan lebih dari itu, mereka harus membongkar sendiri rumah mereka.
Ada cerita yang menggambarkan bagaimana warga yang sudah rela membongkar rumahnya sendiri dihadapkan pada tantangan baru, yaitu diminta menyelesaikan pembongkaran dalam waktu tiga hari.
Ancaman ini menambah tekanan bagi mereka yang sudah berjuang melepaskan rumah dan tanah mereka.
Warga mengungkapkan, proses pembongkaran rumah tidak hanya tanpa bantuan, tetapi juga harus selesai dalam waktu tiga hari.
Jika tidak selesai dalam tenggat waktu tersebut, jalan yang sedang pembangunan tidak akan melewati desa mereka.
Warga Tanam Pohon
Warga pun beramai-ramai menanam pohon di Embung Anak Munting, Kawasan Golo Mori, pada Kamis 17 Agustus 2023.
Dony Parera, koordinator warga mengatakan penanaman pohon di Embung Anak Munting untuk memeringati HUT ke-78 RI.
Aksi itu juga sebagai upaya menyelamatkan lingkungan yakni untuk menjaga ketersediaan air di embung tersebut.
“Kami tanam 78 anakan kayu ara, beringin, durian, kelumpang. Jumlah anakan pohon itu 78 sesuai usia tahun kemerdekaan Indonesia,” kata Dony di Embung Anak Munting, pada Kamis 17 Agustus 2023.
Menurut Dony, aksi tanam pohon itu, sebagai protes karena warga di wilayah itu belum sepenuhnya menikmati air minum bersih dan listrik negara.
“Belum lagi ganti rugi lahan korban penggusuran jalan Labuan Bajo Golo Mori hingga kini belum direspons pemerintah,” ujarnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"