KONTEKS.CO.ID – Tolak proyek Geothermal, masyarakat Adat Wapsalit, Kecamatan Lolong Guba, Kabupaten Buru, Maluku terpaksa mengungsi ke hutan dan bertahan hidup berminggu-minggu di tenda terpal.
Pasalnya, warga harus meninggalkan desa akibat aktivitas tiga lokasi sumur eksplorasi panas bumi PT Ormat Geothermal yang mendapat izin Kementreian ESDM.
Penolakan warga juga terkait hutan yang dikapling merusak tempat produksi ekonomi masyarakat adat secara tradisional yakni menyuling minyak kayu putih.
Lahan operasi perusahaan PT Ormat Geothermal juga berada dalam wilayah tanah sakral (tanah adat) Soal Pito-Soar Pa.
Solidaritas untuk Masyarakat Adat Wapsalit dalam keterangan persnya menyebut, aktivitas tiga lokasi sumur eksplorasi panas bumi PT Ormat Geothermal sangat dekat dengan pemukiman warga.
“Di titik pertama jaraknya 2.800 meter, titik kedua 1.400 meter dan titik terdekat jaraknya hanya 700 meter dari permukiman warga,” ujar Christina, perwakilan Solidaritas Masyarakat Adat Wapsalit , Kamis 24 Agustus 2023.
Warga merasakan getaran yang luar biasa seperti tanah bergoyang keras, terutama saat malam hari hingga warga mengalami ketakutan.
“Selain itu warga juga khawatir dengan dampak gas beracun yang dari aktivitas pengeboran,” ujarnya.
Selain itu, ketakutan warga juga berdasarkan keterbatasan informasi terkait dampak dari perusahaan.
Musababnya, selama ini perusahaan tidak pernah memberikan sosialisasi langsung kepada warga setempat.
“Bahkan fakta di lapangan, perusahaan hanya melakukan pertemuan terbatas satu kali pada tanggal 14-15 Juli 2022,” katanya.
Pertemuan itu bertujuan sosialisasi dan ground breaking dengan tema “Pelaksanaan Penugasan Survei Pendahuluan dan eksplorasi Panas Bumi (PSPE)”.
“Tetapi faktanya sosialisasi ini dilakukan tanpa melibatkan seluruh tua-tua adat Soar Pito Soar Pa Petuanan Kayeli, yakni tanah adat Titar Pito, lokasi tambang beroperasi saat ini,” ujarnya.
Sementara, kondisi warga di lokasi pengungsian sangat memprihatinkan lantaran ada ibu hamil, anak-anak di bawah umur dan lansia.
“Masyarakat yang menggungsi juga susah air, makanan dan kedinginan saat malam hari. Bahkan anak-anak terpaksa tidak masuk sekolah,” ujar Christina.
Di sisi lain, kata Christina, tidak ada tindakan serius dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan di Desa Wapsalit,
Bahkan, warga terlunta-lunta hingga mendapat intimidasi dari oknum TNI.
Demonstrasi di Kementerian ESDM
Solidaritas untuk masyarakat adat Wapsalit menggelar demonstrasi di Depan Kementerian ESDM dengan sejumlah tuntutan, Rabu 23 Agustus 2023.
Pertama, menolak keras PT Ormat Geothermal beroperasi di wilayah Titar Pito. Kedua, meminta Kementerian ESDM transparan soal terkait perizinan PT Ormat Geothermal.
“Mendesak Kementerian ESDM segera mencabut izin PT Ormat Geothermal yang beroperasi di wilayah Titar Pito,” ujar Jundil, koordinator demonstrasi.
Keempat, mendesak Kementerian ESDM bertanggungjawab atas pelanggaran HAM yang terjadi pada masyarakat Wapsalit.
“Kelima, mendesak Kemendagri mengevaluasi Gubernur Maluku dan Pj Bupati Buru terkait tindakan pembiaran pelanggaran HAM yang terjadi atas masyarakat Wapsalit,” kata Jundil.
Keenam, Kementrian Dalam Negeri meninjau kembali Surat Keputusan Pj Bupati Buru demi perlindungan dan penghormatan terhadap masyarakat adat Wapsalit.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"