KONTEKS.CO.ID – Meski kaya akan budaya yang beragam, dan masyarakat yang ramah, tapi Kota Padangsidmpuan tetap harus dihadapkan dengan berbagai tantangan sosial dan ekonomi.
Saat kompleksitas permasalahan tersebut, muncul tokoh yang memiliki dedikasi untuk membantu masyarakat Kota Padangsidmpuan.
Dia adalah Jon Sujani Pasaribu. Semangatnya yang cinta pada kampung halaman, mencoba menghidupkan kembali falsafah Poda Na Lima yang sudah lama dilupakan. Falsafah yang mempunyai makna yang luas baik lahir maupun batin.
Poda Na Lima dalam bahasa daerah memiliki makna bersihkan jiwamu, bersihkan badanmu, bersihkan pakaianmu, bersihkan rumahmu dan bersihkan lingkunganmu.
Saat coffe break di Jalan Abdul Jalil Lubis, Lubuk Naga, Jon Sujani menyampaikan bahwa falsafah Poda Na Lima merupakan nasihat turun-temurun dari nenek moyang.
Karena itu, dia menyampaikan inisiatif baik dalam falsafah ini yang bertujuan untuk memajukan Padangsidimpuan dari segala aspek.
Sebagai seorang putra daerah, Jon Sujani tentu memiliki kedekatan emosional yang kuat dengan masyarakat di bumi Poda Nalima. Karena itu, dia ingin menghidupkan semangat dalam falsafah ini pada generasi muda dan masyarakat secara umum.
Jon Sujani adalah ayah dari dua putri dan satu putra, dan telah mencicipi asam garam di dunia Perbankan selama 30 tahun. Dia adalah eks petinggi di salah satu Bank BUMN.
“Saya lahir di kota Padangsidimpuan tepatnya di Kampung Marancar, dari SD, SMP, sampai SMA tingkat 2 saya sekolah di Padangsidimpuan,” ujarnya dalam keterangan yang dikutip pada Selasa, 12 September 2023.
Jon Sujani menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Kota Padangsidimpuan pada 1982, kemudian melanjutkan studi SMA di Jakarta, hingga kemudian kembali ke Sumatera Utara untuk melanjutkan studi di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).
Setelah lulus, Jon Pasaribu merantau ke luar kota, dan tahun 1993 memulai kariernya di Bank BNI. Selama 30 tahun anak bungsu dari 7 bersaudara ini mengabdikan dirinya di BUMN tersebut.
Tapi Jon Pasaribu mencoba meraih kebebasan pada masa keemasannya. Pada tahun 2023 ini, dia melepaskan karier cemerlang di BSI dan memilih mengabdi kepada masyarakat.
“Semua ini bisa terpikir setelah di perantauan. Salah satunya, Poda Na Lima. Jika setiap orang bisa menerapkan ‘Poda Na Lima’ maka ini bisa menjadi nasehat dan pegangan hidup,” katanya.
Begitu juga dengan “Dalihan Na Tolu” (Mora, Kahanggi, dan Anak Boru) yang merupakan istilah kekerabatan Batak Angkola. Juga baginya memiliki esensi yang dahsyat.
“Jika sudah menjunjung tinggi Dalihan Na Tolu, maka yang muda menghormati yang tua. Kemudian, yang tua menyayangi yang muda. Dan yang sebaya, saling menyegani,” ujarnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"