KONTEKS.CO.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, hujan deras berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Menurut BMKG, potensi hujan deras di sejumlah wilayah itu akibat efek fenomena-fenomena atmosfer meski El Nino belum pergi.
“Waspada hujan lebat (deras,red) (>50mm/hari) di wilayah: Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Papua Barat dan Papua,” tulis laman resmi BMKG, mengutip Senin 2 Oktober 2023.
BMKG juga mengeluarkan peringatan dini potensi bencana hidrometeorologi. Yakni, banjir, banjir bandang, dan tanah longsor di lima wilayah di atas ditambah dengan Riau.
Di periode yang sama, BMKG menyebutkan wilayah Jawa berpotensi dilanda kebakaran hutan.
“Waspada potensi kebakaran hutan di wilayah senin-selasa: Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan,” lanjutnya.
Pemicu Hujan
Menurut BMKG terdapat sejumlah pemicu potensi hujan deras tersebut.
Pertama, fenomena atmosfer Madden Jullien Oscillation (MJO) yang terpantau aktif di wilayah Laut Andaman dan Perairan utara Sabang.
Fenomena tersebut berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Kedua, Gelombang Atmosfer Rossby Ekuator merambat ke arah barat dan terpantau di wilayah Laut Natuna Utara, Laut Sulu, Laut Sulawesi, Filipina, sebagian besar Kalimantan dan Sulawesi.
Lalu di Laut Jawa, sebagian besar Pulau Jawa- Bali, Perairan Kep. Sangihe & Talaud, Maluku, Maluku Utara, Laut Maluku. Laut Seram, Laut Banda Utara, Samudera Pasifik utara Halmahera, Papua Barat dan Papua Barat Daya’
“Berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut,” ujar BMKG.
Ketiga, Gelombang Kelvin yang merambat ke arah timur tidak terpantau aktif di wilayah Indonesia.
Keempat, gelombang dengan low frequency yang tidak terpantau aktif di wilayah Indonesia.
Kelima, tak ada kombinasi antara MJO, Rossby Ekuator, Kelvin, dan Low Frequency pada wilayah dan periode yang sama.
Keenam, Siklon Tropis Koinu masih akan terpantau berada di Laut Filipina sebelah timur laut Filipina dengan kecepatan angin maksimum 60 knots (110 km/jam) dan tekanan udara minimum 975 hPa yang bergerak ke arah barat laut.
BMKG menyampaikan, intensitas siklon tropis Koinu diprakirakan akan meningkat dalam 24 jam ke depan.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah siklon tropis tersebut,” ujarnya.
Ketujuh, daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang dari perairan sebelah barat Sumatera Utara, barat Aceh hingga Aceh, dari Jambi, Riau, Selat Malaka hingga Malaysia, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara;
Sulawesi Tengah, di Maluku Utara, di Maluku, di Laut Arafura, di Papua Barat, di Papua, dan dari Samudera Pasifik sebelah utara Papua hingga Papua bagian utara.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,” tambahnya.
Kedelapan, Labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses pembentukan awan hujan atau konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Daftar daerah hujan
Berikut daftar daerah berpotensi hujan kategori rendah (di bawah 50mm per hari):
Oktober I: Sumatra bagian tengah dan selatan, Jawa hingga NTT, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku. Lalu, Maluku Utara, sebagian Papua Barat, sebagian Papua, sebagian Papua Pegunungan dan Papua Selatan.
Oktober II: Sumatra bagian tengah dan selatan, Jawa hingga NTT, Kalimantan bagian tengah hingga timur.
Lalu, sebagian besar Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, sebagian Papua Barat, sebagian Papua, sebagian Papua Pegunungan dan Papua Selatan.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"