KONTEKS.CO.ID – Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, salah satunya adalah budaya Kasada yang berasal dari suku Tengger di Jawa Timur.
Kasada adalah sebuah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat suku Tengger sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Widhi dan leluhur mereka.
Upacara Kasada ini juga merupakan ungkapan syukur dan harapan agar masyarakat Suku Tengger mendapat keselamatan, kesehatan, dan kemakmuran.
Sejarah Kasada di Suku Tengger
Kasada memiliki sejarah yang sangat menarik. Menurut legenda, upacara ini bermula dari kisah sepasang suami istri yang bernama Rara Anteng dan Jaka Seger.
Mereka adalah keturunan dari Prabu Brawijaya, raja terakhir Kerajaan Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, mereka melarikan diri ke kaki Gunung Bromo dan mendirikan kerajaan kecil bernama Tengger.
Namun, mereka belum dikaruniai anak meskipun sudah lama menikah. Suatu hari, mereka melakukan tapa brata atau bermeditasi di Gunung Widodaren, tempat yang dianggap sakral oleh suku Tengger.
Mereka memohon kepada Sang Hyang Widhi agar diberi keturunan. Tiba-tiba, mereka mendengar suara gaib yang mengabulkan permintaan mereka.
Suara itu berkata bahwa mereka akan memiliki 25 anak, tetapi dengan syarat mereka harus mengorbankan anak pertama mereka ke dalam kawah Gunung Bromo. Mereka pun menyetujui syarat tersebut tanpa ragu.
Tak lama kemudian, Rara Anteng melahirkan anak pertama mereka yang diberi nama Kusuma. Kemudian, mereka memiliki anak lagi hingga berjumlah 25 orang.
Namun, ketika tiba saatnya untuk mengorbankan Kusuma, mereka merasa sangat berat hati. Mereka mencoba untuk mengingkari janji mereka.
Akibatnya, Gunung Bromo menjadi marah dan mengeluarkan letusan dahsyat. Kusuma yang mengetahui hal ini, rela mengorbankan dirinya demi keselamatan keluarga dan rakyatnya.
Ia pun melompat ke dalam kawah Gunung Bromo yang sedang mengamuk. Sejak saat itu, masyarakat suku Tengger melakukan upacara Kasada setiap tahun pada bulan purnama ke-12 dalam kalender Tengger.
Upacara ini berlangsung di Poten, sebuah pura yang terletak di kaki Gunung Bromo. Dalam upacara ini, mereka membawa berbagai macam sesaji, seperti sayur, buah, beras, ayam, kambing, uang, dan lain-lain.
Warga kemudian melempar sejaji ke dalam kawah Gunung Bromo sebagai tanda penghormatan kepada roh Kusuma dan leluhur mereka.
Mereka juga berdoa agar daoat berkah dan perlindungan oleh Sang Hyang Widhi.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"