KONTEKS.CO.ID – Gubernur Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengungkap terkait naiknya harga beras di pasaran.
Menurut Sri Sultan HB X, Pemerintah Daerah (Pemda) DIY untuk mengatasi pihaknya berusaha menyediakan stok agar harga beras tidak naik secara signifikan.
“Sekarang menjaga stabilitas itu bisa dilakukan berarti pasokan harus jelas. Kalau nggak, nanti inflasi akan terjadi fluktuatif makin tinggi bukan makin turun,” ujar Sri Sultan HB X, mengutip Jumat, 23 Februari 2024.
Pemerintah, kata Sri Sultan, telah mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan beras secara impor.
“Kalau beras itu sudah impor, sebetulnya tidak ada masalah. Hanya, mungkin kualitas itu tidak sesuai ekspektasi dari konsumen,” ujarnya.
“Karena di Yogya ini, kesadaran kesehatan tinggi. Jadi maunya pilih beras wae milih sing enak nak ra enak ra gelem. Beras Bulog sok ora gelem,” imbuhnya.
Menurut Sri Sultan, penyebab kenaikan harga beras juga oleh faktor cuaca. Dimana, seharusnya periode November-Desember memasuki musim tanam.
Namun karena terjadi hujan lebat, musim tanam mengalami sedikit keterlambatan.
“Jadi mestinya Maret sudah panen besar, tapi Maret baru panen yang kecil mungkin April baru panen besar ya. Jadi kan mundur masalahnya di situ,” jelas Sultan.
Faktor cuaca tersebut juga memengaruhi musim tanam bahan pangan lain seperti cabai, bawang merah, bawang putih dan kubis yang tidak tahan dengan air.
Kata Sultan, kenaikan harga komoditas pangan terjadi karena jumlah kebutuhan dengan pasokan barang tidak seimbang.
Meski demikian, yang terpenting kenaikan harga turut memberikan keuntungan bagi petani.
“Harapan saya (harga) naik itu bagian pedagang atau sebenarnya petani dapat bagian dari kenaikan itu. Kalau dapat bagian berarti nanti kuartal III mesti ada laporan BPS daya beli petani naik nggak, akan kelihatan di situ. Kalau tidak naik kan berarti kenaikan harga ini sik untung hanya pedagang, petani tidak mendapatkan,” pungkasnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"