KONTEKS.CO.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan meningkatnya suhu panas atau Urban Heat Island (UHI) di sejumlah kota besar di Indonesia.
Sebagai informasi, Urban Heat Island (UHI) merupakan fenomena alam berupa tingginya temperatur atau suhu daerah perkotaan berbanding dengan perdesaan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan harus ada mitigasi bersama untuk menghadapi fenomena Urban Heat Island (UHI).
“UHI ini harus kita mitigasi bersama. Perlu kesadaran dan aksi nyata untuk menghadapi UHI ini,” ujar Dwikorita, dalam keterangan tertulis, mengutip Sabtu 29 Juni 2024.
Dwikorita menjelaskan, meningkatnya suhu terkait fenomena UHI di perkotaan bervariasi tergantung pada tutupan lahan.
Kata dia, terdapat beberapa faktor yang menjadi pemicu fenomena ini. Di antaranya, struktur geometris kota yang rumit.
Lalu, sedikitnya vegetasi, hingga efek rumah kaca.
Kemudian, perubahan tutupan lahan yang menjadi lahan terbangun juga memperparah terjadinya UHI.
Terasa Kuat 30 Tahun Terakhir
Berdasarkan data BMKG, efek UHI cukup kuat terasa dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.
Dwikorita mengatakan, sejumlah kota besar di Indonesia seperti Jabodetabek, Medan, Surabaya, Makassar, dan Bandung termasuk 20 persen kota dengan nilai Land Surface Temperature (LST) terbesar.
Menurutnya, permukaan yang kedap air dan sedikitnya vegetasi menambah efek dari UHI tersebut.
Badan Meteorologi Dunia (WMO), kata Dwikorita, menyatakan tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang pengamatan instrumental.
Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celcius di atas zaman pra industri.
Bahkan, angka ini nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015. Bahwa, dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat Celcius.
Pada 2023, terjadi rekor suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa.
“Rekor iklim yang terjadi di tahun 2023 bukanlah kejadian acak atau kebetulan. Melainkan tanda-tanda jelas dari pola yang lebih besar dan lebih mengkhawatirkan yaitu perubahan iklim yang semakin nyata,” ujarnya.
Lantaran itu, tambahnya, perlu langkah atau gerak bersama seluruh komponen masyarakat.
“Tidak hanya pemerintah namun juga sektor swasta, akademisi, media, LSM, dan lain sebagainya termasuk anak-anak muda,” pungkasnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"