KONTEKS.CO.ID – Gunung Merapi erupsi pada Senin 22 Juli 2024 dinihari. Sekitar pukul 04.04 WIB, gunung api teraktif di Tanah Air itu mengeluarkan awan panas guguran yang masyarakat lokal sebut wedhus gembel.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, awan panas guguran memiliki amplitudo max 40 mm berdurasi 126 detik dengan jarak luncur 1,2 km.
Wedhus gembel itu mengarah ke hulu Kali Bebeng sementara arah anginnya ke Barat. “Masyarakat terimbau untuk menjauhi daerah bahaya yang BPPTKG rekomendasikan,” tulis BPPTKG.
Sementara itu, sepanjang Minggu 21 Juli 2024, Gunung Merapi secara umum terlihat jelas pada pukul 00.00 – 24.00 WIB.
Asap kawah bertekanan lemah pada gunung setinggi 2.968 meter teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 25-125 meter di atas puncak kawah.
Di sisi lain, aktivitas kegempaan antara lain gempa guguran sebanyak 56 kali dengan Amplitudo 2-30 mm dengan durasi 19,92-155,88 detik.
Kemudian 5 kali gempa hybrid/fase banyak dengan amplitudo 2-8 mm, S-P 0.3-0.8 detik dan durasi 5.96-7.4 detik. Menyusul 1 kali gempa vulkanik dangkal beramplitudo 40 mm, durasi 8,96 detik
“Dan satu kali gempa tektonik jauh amplitudo 5 mm, S-P tidak terbaca. Gempa ini memiliki durasi 181,44 detik,” sebut BPPTKG.
BPPTKG juga mengungkap, telah teramati 10 kali guguran lava ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1,600 km.
Gunung Merapi Erupsi Tak Mengubah Status Siaga
Meski demikian, mereka menyatakan belum ada perubahan status aktivitas gunung yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan DIY itu. Merapi masih tetap berada di Level III alias Siaga.
BPPTKG mengingatkan bahwa potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada wilayah selatan-barat daya. Ini mencakup Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada wilayah tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Data pemantauan memperlihatkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya wedhus gembel di dalam daerah potensi bahaya.
“Masyarakat kami imbau agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan selalu mewaspadai bahaya lahar dan awanpanas guguran (APG). Terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi, serta mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi,” kata BPPTKG mengingatkan. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"