KONTEKS.CO.ID – Jawa Timur kembali mengalami ancaman kekeringan yang semakin mengkhawatirkan.
Berdasarkan pemantauan BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur, beberapa daerah di provinsi ini mengalami hari tanpa hujan (HTH) dalam durasi yang panjang. Bahkan hingga mencapai kategori “kekeringan ekstrem”.
Data terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Jawa Timur mengalami HTH dalam kategori “panjang”.
Kondisi lebih kritis terjadi di beberapa daerah seperti, Bangkalan, Banyuwangi, Blitar, Jember, Kediri, Malang. Lalu, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan Tulungagung yang masuk dalam kategori “kekeringan ekstrem”.
Penyebab dan Dampak Kekeringan di Jawa Timur
Distribusi curah hujan yang rendah menjadi salah satu penyebab utama kekeringan di Jawa Timur.
Pada dasarian III Juli 2024, seluruh wilayah Jawa Timur mengalami curah hujan yang sangat minim.
BMKG memprediksi bahwa pada dasarian I Agustus 2024 mayoritas wilayah akan tetap mengalami curah hujan rendah tanpa peningkatan signifikan.
Kekeringan ini memiliki dampak yang luas, mulai dari kekurangan air bersih, penurunan hasil pertanian, hingga ancaman kebakaran hutan dan lahan.
Masyarakat di daerah yang terkena dampak harus menghadapi kesulitan dalam mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, sektor pertanian, yang menjadi tulang punggung perekonomian di banyak daerah Jawa Timur, juga mengalami kerugian besar akibat kekurangan air untuk irigasi.
Langkah-Langkah Antisipasi dan Mitigasi
Pemerintah daerah dan instansi terkait perlu mengambil langkah-langkah antisipatif untuk mengurangi dampak kekeringan.
Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
- Optimalisasi Pengelolaan Air: Memperbaiki dan membangun infrastruktur pengelolaan air, seperti waduk, bendungan, dan saluran irigasi, untuk memastikan ketersediaan air di musim kemarau.
- Edukasi dan Penyuluhan: Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penggunaan air yang bijak dan cara-cara mengatasi kekeringan. Kita juga perlu memberikan penyuluhan kepada petani mengenai teknik irigasi yang efisien.
- Pemanfaatan Teknologi: Menggunakan teknologi modern dalam pengelolaan air dan pertanian, seperti irigasi tetes dan sensor kelembaban tanah, untuk memaksimalkan penggunaan air yang tersedia.
- Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring secara berkala terhadap kondisi cuaca dan curah hujan, serta mengevaluasi efektivitas langkah-langkah yang telah diambil untuk mengatasi kekeringan.
- Kolaborasi Antara Stakeholder: Meningkatkan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat untuk menemukan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan dalam menghadapi kekeringan.
Ancaman kekeringan yang melanda Jawa Timur memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.
Dengan langkah antisipatif yang tepat dan kolaborasi yang baik, dampak kekeringan dapat diminimalisir.
Masyarakat juga diharapkan turut berperan aktif dalam mengelola penggunaan air dan menjaga lingkungan agar keberlanjutan sumber daya air tetap terjaga.
Menghadapi tantangan perubahan iklim, sinergi dan kepedulian bersama menjadi kunci utama. Hal itu untuk menjaga kelestarian alam dan keberlanjutan kehidupan, khususnya di Jawa Timur.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"