KONTEKS.CO.ID – Dewan Adat Sub Suku Usba merilis buku sejarah perjalanan Sub Suku Usba di Raja Ampat. Sejarah itu terangkum dalam buku berjudul “Merajut Kisah dari Pulau ke Pulau, Rekonstruksi Sejarah Sub Suku Usba di Raja Ampat”.
Sekadar informasi, Sub Suku Usba adalah salah satu rumpun suku berbahasa Byak dan bertempat tinggal di Raja Ampat.
Usba memiliki sejarah panjang yang kisahnya jalin menjalin di antara translokasi Suku Byak (dari Pulau Biak), Suku Daam (dari Kaliraja), dan suku-suku lain dari Kepulauan Maluku.
Sayangnya, generasi Sub Suku Usba hari ini banyak kehilangan jejak sejarah perjalanan leluhurnya. Ini mengakibatkan jati diri mereka kehilangan akarnya.
Mengantisipasi hal itu, Dewan Adat Sub Suku Usba dalam rapat kerja di 2022 memutuskan mulai menyusun kisah sejarah perjalanan Usba dalam sebuah buku.
Sejak itu, upaya penyusunan buku dilakukan, termasuk berkoordinasi dengan Kankain Karkara Byak (Dewan Adat Byak) dan Kesultanan Tidore. Kedua entitas budaya ini lekat kaitannya dengan perjalanan Usba, sehingga penulisan buku ini menjadi lebih komprehensif.
Pada Juli 2024, perjalanan penulisan mulai dilakukan dengan menerjunkan tim penulis melakukan wawancara. Penulis mengobservasi dari pulau ke pulau yang terindikasi sebagai jejak sejarah Usba.
Observasi berlangsung di 27 titik lokasi berbagai pulau di Raja Ampat dan mewawancarai 62 narasumber. Rinciannya, masyarakat Sub Suku Usba dan masyarakat suku lain baik di Raja Ampat maupun Biak yang memiliki relasi sejarah dengan Usba.
Buku Sejarah Sub Suku Usba Melalui Riset Mendalam
Tim penulis juga melakukan penggalian data dari sejarawan dan studi pustaka. Termasuk dokumen-dokumen kuno yang pernah etnografer dan penjelajah berkebangsaan Eropa di Raja Ampat tulis.
“Buku ini merupakan salah satu agenda kerja Dewan Adat Sub Suku Usba. Sejarah menjadi penting untuk dipelajari kembali oleh generasi muda kita, agar kita juga bisa belajar dari pengalaman leluhur. Tanpa sejarah, kita tidak akan bisa ke mana-mana. Pengetahuan tentang sejarah adalah titik anjak untuk kemajuan bersama,” papar Charles Imbir, Ketua Dewan Adat Sub Suku Usba, dalam keterangan resminya, Senin 11 November 2024.
Melalui kata sambutannya dalam buku, Charles Imbir memaparkan, merujuk hasil penelusuran jejak sejarah leluhur Usba, semuanya saling terkait relasi persaudaraan dan kepentingan yang sama.
Buku ini juga menunjukkan, suku-suku di Raja Ampat pun telah saling menjalin relasi persaudaraan sejak lama. Hal ini tentu saja menjadi landasan untuk memacu kebersamaan maju untuk Raja Ampat secara keseluruhan.
Sebagai buku sejarah, buku ini juga dilengkapi dengan peta-peta perjalanan. Lalu silsilah-silsilah keluarga, warisan tradisi dan kisah-kisah berdasarkan memori kolektif para masyarakat Usba.
Penulis kemudian memperkuat dengan kontekstualisasi peristiwa-peristiwa sejarah di masa itu, yang ternyata terkait dengan perjalanan Usba.
“Dari perjalanan masyarakat Usba, kita bisa melihat lalu lintas individu-individu yang secara sepintas terlihat seperti perjalanan yang terpisah. Ternyata ada dalam sebuah konteks sejarah besar Indonesia, termasuk perdagangan dan pertukaran rempah. Serta wewangian terkait jalur rempah, dan juga keramik China serta burung cenderawasih di perairan Timur Indonesia pada era kolonialisme,” ungkap anggota penulis buku, Mahendra Uttunggadewa.
Buku ini secara khusus diwujudkan sebagai amanah Dewan Adat Sub Suku Usba yang bekerja sebagai penjaga dan pelestari adat. Ini adalah buku pertama yang bercerita tentang Usba secara mendalam dan secara umum menjadi sumbangan bagi sejarah peradaban manusia di wilayah Indonesia Timur.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"