KONTEKS.CO.ID – Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan ancaman tsunami menyusul Gunung Semeru di Lumajang yang erupsi dengan tinggi kolong letusan mencapai 1.500 meter di atas puncak sejak, Minggu 4 Desember pukul 02.46 WIB.
Badan Meteorologi Jepang di situs Japan Meteorological Agency (JMA), menjelaskan kemungkinan tsunami akibat erupsi Gunung Semeru di Lumajang
Badan Meteorologi Jepang pun langsung melakukan investigasi terkait erupsi Gunung Semeru di Lumajang menimbulkan tsunami di wilayahnya.
Namun menurut Badan Meteorologi Jepang, ketinggian gelombang yang bisa ditimbulkan tidak diketahui.
Menurut Badan Meteorologi Jepang, jika terjadi tsunami akibat letusan Gunung Semeru akan mencapai Jepang.
Lantaran itu, Badan Meteorologi Jepang memprakirakan tsunami dapat tiba di Miyakojima dan Yaema di prefektur selatan Okinawa sekitar pukul 14.30 waktu setempat.
Namun, Badan Meteorologi Jepang menyebutkan citra satelit cuaca Himawari tidak menunjukkan perubahan jelas yang mungkin sesuai dengan gelombang tekanan terkait dengan letusan Gunung Semeru.
“Saat ini, tidak ada perubahan signifikan pada tingkat pasang surut yang diamati di stasiun pengukur pasang surut di luar negeri. Kami akan terus mengabari Anda tentang pengamatan tsunami di masa mendatang,” tulis keterangan Badan Meteorologi Jepang.
Badan Meteorologi Jepang menjelaskan, mengenai perkiraan waktu tiba gelombang tsunami.
“Perkiraan waktu tiba di Jepang pada kasus awal adalah waktu ketika diasumsikan bahwa gelombang tekanan yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi skala besar merambat dengan kecepatan 310 m/dtk dan tsunami dihasilkan,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, Gunung Semeru memuntahkan Awan Panas Guguran (APG), Minggu 4 Desember 2022 mulai pukul 02.46 WIB.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mencatat, kolom abu di Gunung Semeru setinggi 1.500 meter di atas puncak mengarah ke Tenggara dan Selatan.
“Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Minggu, 4 Desember 2022, pukul 02:46 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 1500 m di atas puncak (± 5176 m di atas permukaan laut),” tulis Petugas Pemantauan Gunung Api (PGA) Semeru, Mukdas Sofian, dalam keterangan resmi website PVMBG.
“Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik,” lanjut Mukdas Sofian.
PVMBG mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 13 kilometer sisi Tenggara sepanjang Besuk Kobokan.
“Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak,” kata dia.
Selain itu, PVMBG juga mengimbau untuk tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
“Mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan,” jelasnya.
Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kolom abu di Gunung Semeru teramati berwarna kelabu.
Intensitas kolom abu di Gunung Semeru berlangsung sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan setinggi kurang lebih 1.500 meter di atas puncak.
Aktivitas erupsi Gunung Semeru tersebut terekam di seismograf dengan aplitudo maksimum 35 mm dan durasi 0 detik.
Berdasarkan pantauan CCTV, fenomena APG terus berlangsung hingga pagi ini pukul 07.42 WIB dengan jarak luncur bervariasi antara 5 sampai 7 kilometer dan berlangsung.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"