KONTEKS.CO.ID – Ratusan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar demonstrasi dengan tuntutan pembatalan rencana penarikan uang pangkal dan sumbangan sejenisnya di kampus tersebut, Senin 13 Maret 2023.
“Tuntutannya adalah tidak ada pungutan selain uang kuliah tunggal (UKT), sesederhana itu, termasuk SSPI, uang pangkal dan sejenisnya,” kata Gielbran Muhammad Noor dari perwakilan dari Aliansi Mahasiswa UGM.
Gielbran mengatakan, UGM mewacanakan penarikan uang pangkal untuk mahasiswa baru angkatan 2023 seperti yang dilakukan di perguruan tinggi lain di Indonesia.
Menurutnya, wacana penarikan uang pangkal tersebut bergulir saat pihaknya beraudiensi dengan Rektor UGM Ova Emilia pada 17 Januari 2023.
Nantinya, uang pangkal tersebut akan dibebankan untuk mahasiswa baru UGM melalui jalur ujian mandiri meski sudah menerapkan sumbangan sukarela pengembangan institusi (SSPI), pada 8 Juni tahun lalu.
Bedanya dengan uang pangkal, SSPI bersifat opsional dengan bisa memilih nominal sumbangan secara sukarela.
Menurut Gielbran, penarikan sumbangan selain UKT tidak sejalan dengan julukan UGM sebagai universitas kerakyatan.
“Nampaknya akan cukup munafik ketika kita menyebut diri sebagai universitas kerakyatan tapi di sisi lain kita mencoba untuk tidak merakyat, biaya pendidikan semakin mahal dan sebagainya,” ujarnya.
Mahasiswa Fakultas Peternakan angkatan 2019 itu khawatir rencana itu akan membuat hanya orang kaya yang bisa masuk UGM.
Sedangkan calon mahasiswa dari kalangan ekonomi bawah tidak mampu masuk UGM karena tidak memiliki cukup uang.
“Bisa jadi ada putra-putra bangsa yang sebegitu brilian cuma karena keterbatasan ekonomi akhirnya gak bisa masuk UGM,” ujarnya.
Sementara, Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, pihaknya tidak mampu menutupi biaya kuliah tunggal (BKT) meski menerima bantuan dari pemerintah untuk kegiatan akademik.
“Informasi dari keuangan, kami mengalami defisit. Kami membedakan antara masukan yang berkaitan dengan uang untuk operasional kuliah dengan uang-uang yang lain. Karena uang kuliah ini pemasukannya sekitar sepertiga dari yang masuk UGM,” jelasnya.
Ova mengeklaim, sumbangan tersebut hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang masuk melalui jalur mandiri dan dianggap mampu.
Kata Ova, mahasiswa yang kurang mampu tidak perlu membayar sumbangan tersebut.
Menurut Ova, pihaknya ingin membantu sebanyak mungkin mahasiswa kurang mampu agar tetap bisa kuliah di UGM dan tak ingin ada mahasiswa yang akhirnya drop out (DO) karena tidak memiliki biaya.
“Saya justru malah ingin mengajak adik-adik, tolong apabila ada yang perlu dibantu mari kita bantu. Ada yang missing dari sistem, ayo kita bantu dan kita carikan jalan keluar, kita nggak ingin ada anak yang keluar DO,” pungkasnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"