KONTEKS.CO.ID – China diam-diam sedang menggelar program pengembangan pesawat tempur generasi keenamnya sendiri.
“Ini jawaban atas program Next Generation Air Dominance Program (NGAD)Angkatan Udara AS,” kata Jenderal Mark D Kelly, Kepala Komando Tempur Udara (ACC), dikutip The War Zone, Kamis, 29 September 2022.
Jenderal Kelly mengatakan, upaya China yang sangat rahasia akan menghasilkan ‘sistem sistem’ pertempuran udara yang sama dengan yang sedang dikejar Angkatan Udara AS, termasuk jet tempur berawak generasi keenam.
Seperti diketahui, program NGAD lebih dari sekadar pesawat tempur berawak generasi keenam. NGAD juga direncanakan untuk memasukkan drone kolaboratif untuk bekerja bersama pesawat berawak, ditambah senjata baru, sensor, dan arsitektur komunikasi.
“Angkatan Udara AS ingin NGAD diterjunkan sebagai kemampuan nyata sebelum 2030 dan China mengikutinya,” ujar Kelly.
Kelly baru-baru ini berbicara kepada awak media di Konferensi Udara, Luar Angkasa & Cyber Asosiasi Angkatan Udara, memberikan refleksinya tentang program pertempuran udara China di masa depan.
Salah satu kesimpulan utamanya adalah keyakinan Kelly bahwa China melihat kekuatan udara generasi keenam, termasuk pesawat tempur berawak masa depan. Pendekatan berulang itu harus memungkinkan China untuk memprogram ulang dengan kecepatan relevansi.
“Mereka mulai dengan Su-27, berubah menjadi Su-30, lalu J-16 mereka sendiri (dan kemudian) Su-35,” sebut Kelly.
China menjadi pelanggan ekspor pertama untuk Su-27 dasar pada 1992. Kemudian pada saat membeli multirole Su-30MKK dari Rusia pada 2000, China telah memproduksi Su-27 di bawah lisensi (sebagai J-11 dan J-11A).
Mereka mulai mengembangkan J-11B buatan sendiri dengan kemampuan multiperan, ditambah mesin dan avionik China. Ini, pada gilirannya, menghasilkan J-16 dua kursi yang pada dasarnya adalah versi China dari Su-30MKK yang canggih.
Sementara itu, Su-33 yang berbasis kapal induk mendapat perlakuan yang sama, muncul sebagai multirole J-15. Saat ini, pengembangan versi yang lebih maju dari J-15 dan J-16 terus berlanjut, termasuk ekspansi ke domain peperangan elektronik.
Menariknya, Kelly tampaknya menyarankan kemungkinan alasan untuk pembelian mengejutkan China dari 24 Su-35 yang relatif kecil -bisa dibilang versi Flanker paling canggih Rusia saat ini. Memperhatikan bahwa Su-35 memiliki avionik generasi kelima dan kecepatan generasi kelima. meskipun statusnya sebagai generasi keempat.
Sejak Beijing membeli Su-35, ada banyak spekulasi mengapa militer memesannya. Beberapa pihak memprakirakan China ingin melihat lebih dekat pada mesin thrust-vectoring Su-35, serta mendapatkan wawasan tentang salah satu aset garis depan Rusia, senjatanya, dan sistem peperangan elektronik.
Su-35 telah digunakan dalam pelatihan tempur udara yang berbeda, tapi juga untuk misi pengawalan jarak jauh operasional di atas Laut China Selatan. Dengan demikian, pembelian kecil Su-35 sangat masuk akal bagi China, baik dalam hal membandingkan avionik dan senjata Rusia terbaru dengan teknologinya sendiri. Sekaligus mengembangkan pesawat yang sangat gesit dan taktik terkait.
Secara keseluruhan, pengalaman dengan keluarga Flanker akan menempatkan China pada posisi yang baik untuk mengembangkannya jet tempur setara NGAD. Bahkan, itu bisa memberikan awal yang baik sehingga Amerika Serikat harus berlomba untuk tetap unggul. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"