KONTEKS.CO.ID – Profil Andi Pangerang Hasanudin, peneliti astronomi Lapan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang mengundang kontroversi di dunia maya.
Profil Andi Pangerang Hasanudin mengundang perhatian publik karena mengancam akan membunuh warga Muhammadiyah. Alasannya, hanya karena berbeda metode dalam menentukan 1 Syawal 1444 H/2023 M.
Di kalangan wartawan, terutama desk sains dan teknologi, profil Andi Pangerang Hasanudin sudah tak asing lagi. Sebab pemikirannya terkait fenomena luar angkasa sering dijadikan acuan tulisan di media online maupun offline.
Melansir akun LinkedIn, Andi Pangerang diketahui tertarik dengan astronomi. “Bahkan ketika saya masih kecil suka mencari peringatan/liburan di kalender, dan juga memperhatikan dan menemukan jadwal sholat/salat. Mungkin pengaruh dari acara TV favorit saya waktu kecil: Lorong Waktu (The Time Passage),” tulisnya di akun LinkedIn Andi Pangerang, dikutip Senin, 24 April 2023.
Dia mengaku pernah mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) Astronomi SMA tahun 2008. Saat itu berhasil meraih juara 10 tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Dengan trigonometri bola yang dipelajari ketika bergabung dengan OSN, dia mulai belajar astronomi Islam (ilm al-falak, secara harfiah: ilmu orbit/planet/langit) pada 2009.
“Saya bisa membuat Jadwal Sholat/Salah, membuat kalender, dan menghitung gerhana matahari dan bulan menggunakan kalkulator dan Ms. Excel (dengan VBA),” klaimnya.
Andi Pangerang menyempatkan waktu di sela-sela kesibukannya di Kampus Teknik Elektro Universitas Diponegoro untuk belajar astronomi islam. Dia juga bergabung dengan komunitas astronomi amatir di Semarang dan membantu menerima konsultasi dan bimbingan untuk skripsi mahasiswa IAIN/UIN.
Setelah lulus, Andi Pangerang menjadi tutor fisika, matematika dan kimia di salah satu lembaga bimbingan belajar di Jakarta. Sekaligus menjadi staf akademik (konsultan pendidikan) untuk sementara.
“Di gap year setelah resign (2018), saya kembali menjadi konsultan sarjana dan meluluskan skripsi untuk mahasiswa UIN. Dan juga mengajukan rekrutmen CPNS/PNS untuk formasi peneliti di LAPAN/Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Indonesia,” tandasnya.
Menurut dia, ini percobaan ketiga setelah melamar ke Kementerian Hukum dan HAM dan BMKG atau Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika pada 2017.
“Alhamdulillah, saya menjadi peneliti di Lapan. Awalnya ikut penelitian tentang Ionospheric Disturbance dan pengaruhnya terhadap navigasi. Saya juga bergabung dengan GNSS Summer School di TUMSAT/Kaiyodai, Etchujima, Tokyo. Namun di tahun kedua dan ketiga, saya ikut penelitian tentang mitigasi sampah antariksa. Saya juga menjadi narasumber media ketika ditanya tentang peristiwa/fenomena astronomi,” paparnya.
Di laman BRIN, Andi tercatat sebagai peneliti BRIN dan bekerja di bagian Pusat Riset Antariksa. Dia adalah Peneliti Ahli Pertama dengan pangkat/golongan Penata Muda III/a dan berstatus PNS. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"