KONTEKS.CO.ID – Kyocera, merek smartphone pertama yang dijual di AS akhirnya meninggalkan bisnis smartphone di pasar komersial.
Dalam pernyataan resmi yang dikirim ke Otoritas Android, Kyocera mengklarifikasi bahwa mereka memfokuskan kembali bisnisnya yang berbasis di Jepang untuk melayani konsumen bisnis, seperti yang terjadi di AS beberapa tahun lalu.
Kabar perusahaan teknologi Jepang Kyocera keluar dari bisnis smartphone disampaikan kantor berita Jepang Nikkei, melalui Android Authority.
Pengumuman tersebut disampaikan saat conference call yang digelar untuk mengumumkan hasil keuangan perseroan untuk tahun fiskal tersebut.
Presiden perusahaan, Hideo Tanimoto, mengatakan, alasan mengapa meninggalkan konsumen akhir dari bisnis smartphone adalah karena kurangnya keuntungan.
“(Penyebaran) standar komunikasi berkecepatan tinggi ‘5G’ akan menaikkan biaya terminal. Kami memutuskan untuk menarik diri karena kita tidak bisa mendapatkan keuntungan,” ungjap Tanimoto.
Sementara Kyocera tidak pernah merilis keuangan yang terkait dengan bisnis handsetnya, Nikkei mengatakan bahwa untuk tahun fiskal yang berakhir pada akhir Maret, penjualan telepon dibagi tepat di tengah antara yang dibuat untuk konsumen dan yang dibuat untuk korporasi.
Perusahaan ini pertama kali memasuki bisnis ponsel pada tahun 1989. Ketika mulai membuat ponsel pintar, perusahaan ini dikenal karena membuat handset yang mudah digunakan dan tahan lama.
Pada 2008, perusahaan mengakuisisi bisnis ponsel Sanyo Electric (sekarang dikenal sebagai Panasonic Holdings). Kyocera QCP-6035 adalah salah satu smartphone pertama yang tersedia di pasar AS dan menggabungkan asisten digital pribadi (PDA) dengan ponsel.
Pada Agustus 2014, Kyocera Brigadier menjadi smartphone pertama yang tersedia di AS yang dilengkapi layar kaca safir.
Kyocera tidak berencana untuk sepenuhnya meninggalkan industri smartphone karena rencana baru tersebut meminta perusahaan untuk fokus sepenuhnya pada smartphone untuk bisnis.
Presiden Kyocera juga mengatakan bahwa beberapa smartphone berbasis konsumen yang juga dijual ke korporasi masih akan didukung. Misalnya, Kyocera DuraForce Ultra 5G dapat dianggap sebagai telepon untuk konsumen, tetapi “ultra-kokoh” juga membuatnya menarik untuk digunakan oleh bisnis tertentu.
Sebelumnya, merek Jepang lainnya, Sony, sempat digoyang isu akan menutup bisnis ponsel selulernya setelah membukukan kerugian terus-menerus. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"