KONTEKS.CO.ID – BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika) mengungkap adanya potensi Awan Cumulonimbus (CB) di sebagian besar wilayah Indonesia. Informasi ini penting bagi industri penerbangan.
“Biasanya berpengaruh terhadap penerbangan, biasanya dihindari saat terbang,” ungkap Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, dalam konferensi pers cuaca ekstrem yang diikuti KONTEKS.CO.ID, Sabtu malam, 8 Oktober 2022.
Dia menyebutkan, Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50-75% (OCNL / Occasional) selama tujuh hari ke depan diprediksi terjadi di Laut Andaman, Laut China Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga barat Pulau Sumatera, sebagian kecil Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Pulau Papua.
Kemudian sebagian besar Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Laut Seram, Laut anda, Laut Aru, Samudra Pasifik Utara Pulau Papua.
“Sementara Awan Cumulonimbus dengan persentase cakupan spasial >75% (FRQ / Frequent) selama tujuh hari ke depan diprediksi terjadi di Laut Cina Selatan,” tukasnya.
Pembatalan Penerbangan?
Terkait keselamatan penerbangan, Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, mengatakan, awan CB lebih kepada kenyamanan penumpang di penerbangan. Misalnya, saat memasuki awan berpotensi hujan akan terjadi guncangan-guncangan.
“Jadi untuk pembatalan penerbangan lebih kepada aerodrome warnings, yakni faktor penerbangan di bawah,” ungkapnya.
Dia menambahkan, take off dan landing pesawat lebih dipengaruhi oleh visibility atau pandangan mendatar dan runway basah atau kering. “Bisa saja (batal mendarat atau berangkat) karena awan CB, dengan catatan adanya potensi hujan membuat jarak pandang buruk,” jelas Guswanto.
Gelombang Tinggi Laut Nusantara
Akibat cuaca ekstrem, BMKG juga memprakirakan gelombang tinggi terjadi di wilayah perairan Nusantara pada 8-14 Oktober 2022.
“Kategori Tinggi Gelombang 2,5-4,0 meter (m) ada di perairan utara Sabang, perairan barat Aceh, perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepualauan Mentawai, perairan Pulau Enggano-Bengkulu, perairan barat Lampung, Samudera Hindia barat Sumatera,” Kepala BMKG.
Lalu, sambung dia, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten hingga Jawa Timur, Selat Bali – Lombok – Alas bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, Perairan selatan Bali hingga Pulau Sumba, Samudera Hindia selatan Banten hingga Pulau Sumba, Laut Natuna. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"