KONTEKS.CO.ID – Sebuah laporan baru dari Financial Times mengungkapkan, prosedur standar saat ini untuk perusahaan teknologi adalah menghancurkan server dan hard drive setiap beberapa tahun. Sebuah tindakan mubazir yang merusak lingkungan.
Mereka tidak lagi menghapus data pada drive dan menjualnya kembali. Laporan tersebut menguraikan kerusakan planet sebagai akibat dari praktik ini.
Perusahaan teknologi seperti Amazon, Microsoft, dan Google meningkatkan perangkat keras penyimpanan mereka setiap empat atau lima tahun. Bersama dengan bank, departemen kepolisian, dan lembaga pemerintah, mereka menghancurkan sekitar puluhan juta perangkat penyimpanan setiap tahun.
Ini karena paparan data yang kecil dapat memiliki konsekuensi hukum yang cukup serius. Bulan lalu, Komisi Sekuritas dan Bursa AS mendenda Morgan Stanley Rp535 miliar karena melelang ribuan hard drive yang mengungkap data jutaan pelanggan.
Tidak ada indikasi bahwa ada pelanggan yang menderita akibat kebocoran tersebut. Namun, banyak perusahaan, terutama yang mengoperasikan layanan cloud, pasti tidak menginginkan situasi serupa.
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa membuang perangkat keras usang dan meningkatkan ke perangkat keras baru baik untuk lingkungan.
Kenyataan sebaliknya mungkin benar terjadi. Upgrade ke perangkat keras yang lebih baru lebih hemat energi dan memiliki jejak karbon yang lebih rendah. Namun, jejak karbon dari sebagian besar produk teknologi berasal dari manufaktur, bukan operasi.
Perangkat keras yang dihancurkan memiliki sekitar 70 bahan komponen yang bisa didaur ulang. Namun, proses pada dasarnya membuang emisi dari saat perangkat keras awalnya diproduksi.
Menggunakan kembali bahan-bahan ini berarti mengulangi bagian yang paling memancarkan jejak karbon perangkat keras. Lebih buruk lagi, material lain yang hilang, seperti logam tanah jarang, harus ditambang ulang. Ini berpotensi menghasilkan penggunaan “mineral kontroversial”.
Perusahaan Teknologi
Perusahaan teknologi mungkin berpikir penghancuran adalah satu-satunya cara untuk menjaga keamanan data. Namun, para ahli melihatnya sebagai opsi ekstrem yang tidak perlu.
Banyak hard drive dan server dapat bertahan selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun. Selain itu, risiko pelaku jahat memulihkan data dari perangkat penyimpanan bekas mungkin minimal.
Google dan Microsoft mengatakan, mereka telah mulai menggunakan beberapa server yang diperbaharui. Tapi prosedur standar mereka untuk menangani hard drive masih menghancurkannya berkeping-keping. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"