KONTEKS.CO.ID – Nama Otto Toto Sugiri kembali masuk ke dalam jajaran 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Hartanya sudah mencapai puluhan triliun rupiah.
Bagi mereka yang bergelut dengan bidang teknologi, nama Otto Toto Sugiri sudah tak asing lagi, terutama bagi wartawan.
Pria berusia 69 tahun ini adalah CEO sekaligus Co-Founder perusahaan teknologi penyedia layanan data center di Tanah Air, yakni Doneata Center Indonesia (DCI) Indonesia.
Dijuluki Bill Gates-nya Indonesia, Otto Toto Sugiri nangkring di posisi ke-23 dengan harta senilai Rp28,78 triliun.
Posisi ini melorot dari tahun lalu. Forbes pada 2022 menempatnya di peringkat ke-19 dengan harta Rp35 triliun.
Penasaran dengan sosoknya? Berikut profil dari Otto salah satu dari 50 orang paling tajir se-Indonesia.
Profil Otto Toto Sugiri
Otto adalah entrepreneur di bidang Teknologi yang berhasil membangun DCI sebagai pusat data terbesar di Tanah Air. Layanannya ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di Nusantara.
Dia mengawali kariernya dengan bermodal gelar Master of Science in Engineering dari RWTH Aachen University di Jerman pada 1980.
Pulang ke Tanah Air untuk mendedikasikan diri kepada ibunya, Otto juga memulai debut proyeknya berupa pembuatan pemrograman lokal.
Misalnya, software untuk perusahaan minyak dan program mengelola pencairan pinjaman nelayan di Papua.
Pada 1983, Otto bekerja di Bank Bali untuk membuat perangkat lunak akuntansi. Software itu memudahkan pegawai akuntansi bank dalam menjalankan tugasnya.
Tiga tahun berlalu, dia memberanikan diri merintis perusahaan software bernama Sigma Cipta Caraka. Modalnya saat itu USD200.000.
Dia membangun Sigma Cipta Caraka bersama enam mantan karyawan Bank Bali rekannya. Salah satu dari enam temannya itu adalah Marina Budiman yang saat ini duduk sebagai Presiden Komisaris DCI.
Industri mengakui perusahaan sebagai terobosan baru dalam pertumbuhan teknologi waktu itu. Khususnya dalam kebutuhan perbankan.
Ini terjadi karena pemerintah ketika itu baru saja menderegulasi industri perbankan. Jumlah pelaku industri keuangan di Tanah Air naik berlipat-lipat menjadi 240 bank.
Nah kondisi tersebut mendorong kebutuhan teknologi dan SDM bank ikut naik. Sigma Cipta Caraka pun mendulang pendapatan USD1,3 juta dolar AS pada saat itu.
Layanan ISP Pijakan Kuat Otto
Lalu Otto membangun layanan internet (ISP) pertama di Nusantara dengan label Indointernet di 1994. Layanan tersebut memudahkan semua pihak mengarungi web di seluruh dunia.
Kini layanan itu dikenal dengan merek PT Indointernet Tbk. Di sana, Otto duduk menjadi Presiden Komisioner sejak 2012.
Tak puas, dia pun merintis anak usaha Sigma Cipta Caraka. Yakni, Balicamp dengan proyek pemeriksaan ejaan bahasa Indonesia bagi Microsoft.
Tapi kejadian Bom Bali di 2002 memaksa Balicamp tutup. Lalu melepas 80% sahamnya di Sigma Cipta Caraka ke Telkom Indonesia pada 2008. Nilainya enggak kira-kira, USD35 juta.
Ingin pensiun, Otto kembali melepas sisa sahamnya sebesar USD9 juta. Tak lama berselang, dia mendapatkan ide menggunakan data Indonesia di domestik untuk mencegah penyimpanan data di luar negeri.
Tahun 2011, Otto dan enam temannya di Bank Bali memutuskan merintis Data Center Indonesia atau DCI. Untuk itu, dia berupaya keras mengantongi sertifikasi Tier IV untuk DCI pada 2014.
Apa sertifikasi Tier? Sertifikasi ini merujuk pada tingkatan atau tingkat keandalan dan ketersediaan suatu pusat data atau infrastruktur TI.
Sedangkan Tier IV dirancang demi menjaga ketersediaan layanan di dalam dan di luar lingkungan pusat data. Bahkan ketika dilanda gangguan besar, seperti kegagalan komponen utama atau pemeliharaan terjadwal.
Dan sejak Januari 2017 sampai sekarang, Otto Toto Sugiri masih menjabat sebagai Co-Founder dan Direktur PT DCI Indonesia. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"