KONTEKS.CO.ID – Alat memprediksi gempa bumi saat ini tidak ada dan tidak mungkin memprediksinya Tapi kini, data GPS dapat membantu mengubahnya hal ini.
Saat ini, tidak mungkin untuk secara akurat memprediksi gempa bumi kapan dan di mana akan terjadi. Tetapi para ilmuwan sekarang percaya bantuan data Sistem Pemosisian Global (GPS) membantu manusia meramalkannya.
GPS kini dapat membantu ilmuwan menemukan tanda-tanda peringatan dini dua jam sebelum gempa besar terjadi.
Gempa bumi terjadi ketika lempengan batuan yang bergerak lambat tepat di bawah permukaan bumi, dikenal sebagai lempeng tektonik, tiba-tiba meluncur melewati satu sama lain.
Pergerakan itu melepaskan gelombang energi yang memicu guncangan di permukaan. Guncangannya dapat bervariasi dari gemuruh kecil hingga gempa besar.
Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mencoba menemukan pola yang mendahului gempa bumi besar. Tujuannya, agar orang memiliki waktu untuk bersiap mengantisipasinya.
Sayangnya beragam penelitian gagal menemukan solusi yang tepat. Sejauh ini upaya tersebut tidak berhasil.
Alat Memprediksi Gempa Mulai Terkuak
Sekarang berbeda. Satelit GPS mungkin dapat membantu peneliti mengidentifikasi prekursor gempa kuat dua jam sebelum terjadi.
“Caranya melacak ‘slip’ kecil di lempeng tektonik saat mereka bergesekan satu sama lain,” tulis para peneliti dalam sebuah studi baru, yang diterbitkan 20 Juli 2023 di jurnal jurnal Geofisika, menukil Minggu 30 Juli 2023.
Tetapi beberapa ahli tidak setuju bahwa temuan tersebut dapat membantu para ilmuwan memprediksi gempa bumi yang akan datang.
Para peneliti menganalisis data GPS dari lebih dari 90 gempa bumi dengan magnitudo lebih besar dari 7. Data berasal dari Laboratorium Geodesi Nevada, laboratorium penelitian Universitas Nevada, Reno, yang membuat katalog data GPS global.
Satelit GPS mampu mendeteksi pergerakan tanah dengan mengukur posisi sensor yang tertanam di sekitar Bumi. Lalu mencatat seberapa besar perpindahannya dari waktu ke waktu.
Para ilmuwan melacak bagaimana pergerakan tanah bergeser dalam 48 jam menjelang setiap peristiwa. Khususnya dengan memerhatikan jumlah dan arah guncangan.
Meramal Kapan Gempa Terjadi dan di Mana
Mereka menemukan bahwa dua jam sebelum gempa bumi pecah, gerakan tanah horizontal dipercepat secara eksponensial dalam pola yang konsisten dengan sesuatu yang disebut slip patahan lambat. Yakni, saat tanah bergerak tanpa menghasilkan gelombang seismik atau getaran apa pun.
Kemudian para peneliti mengulangi analisis ini pada 100.000 jendela waktu 48 jam acak yang tidak terjadi sebelum gempa bumi untuk bertindak sebagai kelompok kontrol. Serta melihat pola serupa hanya pada 0,03% sampel.
Ini mendukung gagasan bahwa pola slip patahan lambat hanya terjadi sebelum gempa bumi di sebagian besar waktu.
Mengidentifikasi pola gerakan halus ini dapat membantu para ilmuwan memperingatkan orang-orang tentang gempa bumi beberapa jam sebelumnya. Tetapi hanya jika kita mengembangkan sistem GPS yang lebih canggih, catat rekan penulis studi Quentin Bletery.
Studi baru ini membutuhkan kumpulan data yang sangat besar untuk mengungkap pola sebelum gempa. Data bersumber dari lebih 3.000 sensor di seluruh dunia.
Tetapi mengidentifikasi pola slip kesalahan yang lambat di lokasi individu akan membutuhkan sensor yang setidaknya 100 kali lebih sensitif daripada teknologi yang ada, kata Bletery kepada Scientific American.
“Kami tidak dapat mendeteksi pada skala satu gempa, jadi kami tidak dapat membuat prediksi,” kata Bletery, ahli geofisika di Universitas Côte d’Azur di Prancis, kepada New Scientist.
“Tapi itu memberi tahu kita bahwa ada sesuatu yang terjadi. Jika kita membuat kemajuan yang signifikan dalam pengukuran – baik sensor itu sendiri, meningkatkan sensitivitasnya, atau hanya memiliki lebih banyak, kita dapat melihat sesuatu dan membuat prediksi,” paparnya.
“Namun saat ini, temuan dari studi baru kemungkinan tidak dapat diterapkan untuk memprediksi gempa bumi,” ungkap John Rundle, profesor di Departemen Fisika dan Geologi di University of California.
Peringatan Dini Gempa
Sudah ada beberapa sistem peringatan dini, seperti ShakeAlert, aplikasi yang dibuat oleh Survei Geologi AS dan beberapa universitas. Alat ini memperingatkan orang-orang tentang gempa bumi beberapa detik sebelum terjadi.
“Jika pola yang diamati dalam penelitian ini dapat dikonfirmasi dan dilacak dengan lebih baik, data mungkin dapat diintegrasikan ke dalam sistem peringatan dini gempa otomatis,” papar Roland Bürgmann, profesor di Departemen Ilmu Bumi dan Planet di University of California, Berkeley. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"