KONTEKS.CO.ID – Pekerja Apple di Australia mengancam menggelar aksi mogok yang dipercaya bakal melumpuhkan perdagangan produk Cupertino di Negeri Kanguru.
Serikat pekerja ritel dan makanan cepat saji Australia (RAFFWU) mengungkapan, pekerja Apple melakukan aksi mogok karena tak ada kemajuan berarti dalam negosiasi upah.
Seorang pemimpin RAFFWU mengklaim mewakili karyawan Apple di Australia. Mereka berencana melakukan aksi mogok selama satu jam pada 18 Oktober mendatang.
Aksi mogok tersebut -walaupun singkat- dipercaya akan mengganggu operasi toko ritel Apple di Australia. Ini juga akan menambah tekanan hubungan industrial yang dihadapi perusahaan di tempat lain.
RAFFWU mewakili sekitar 150 dari 4.000 karyawan Apple di Australia. Ini berarti pemogokan akan mengakibatkan layanan pelanggan terbatas setidaknya di 3 dari 22 toko Apple di Australia.
Menurut RAFFWU, pemogokan akan menjadi yang pertama bagi Apple di Australia. Ini juga akan memperluas ruang lingkup perundingan bersama yang dihadapi Apple di seluruh dunia.
Mereka ingin Apple menjamin kenaikan upah mencerminkan inflasi (inflasi Australia sekitar 7%). Pekerja Apple Australia juga ingin perusahaan menjamin dua akhir pekan berturut-turut, bukan yang terpisah.
“Kami telah menyelesaikan negosiasi hari ini, tetapi kami masih belum dapat mencapai kesepakatan yang layak. Para anggota tadi malam dengan suara bulat mendukung (jika tidak ada kesepakatan) tindakan ini (mogok kerja),” kata Sekretaris Federal RAFFWU, Josh Cullinan, disitat Giz China, Rabu, 12 Oktober 2022.
“Ketika sejumlah besar pekerja pergi, ada dampaknya,” tambahnya
Menurut Apple, upah minimumnya 17% lebih tinggi dari minimum industri. Selain itu, perusahaan juga mengklaim karyawan penuh waktu dijamin waktu liburnya di akhir pekan.
“Kami berkomitmen untuk memberikan pengalaman terbaik bagi karyawan kami. Ini termasuk kompensasi dan tunjangan yang sangat besar, penghargaan saham tahunan dan kebijakan cuti yang komprehensif. Semua ini melebihi standar industri Australia,” klaim Apple di Australia. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"