KONTEKS.CO.ID – Suhu Bumi sudah mengkhawatirkan. Dunia sedang melanggar ambang batas pemanasan pada tingkat yang membuat para ilmuwan khawatir.
Sekitar sepertiga hari pada tahun 2023, suhu rata-rata global setidaknya 1,5 derajat Celcius lebih tinggi ketimbang suhu pra-industri.
Tetap berada di bawah angka tersebut dalam jangka panjang ternilai penting untuk menghindari dampak perubahan iklim yang paling merusak.
Namun tahun 2023 berada di jalur yang tepat untuk menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, dan tahun 2024 mungkin akan lebih panas lagi.
“Ini adalah tanda bahwa kita mencapai tingkat yang belum pernah kita capai sebelumnya,” ungkap Dr Melissa Lazenby, dari University of Sussex, melansir BBC, Sabtu 7 Oktober 2023.
Temuan terbaru ini muncul setelah rekor suhu tertinggi pada bulan September dan peristiwa cuaca ekstrem pada musim panas di sebagian besar dunia.
Ketika para pemimpin politik berkumpul di Paris pada bulan Desember 2015, mereka menandatangani perjanjian untuk menjaga kenaikan suhu global dalam jangka panjang pada abad ini “jauh di bawah” 2 derajat Celcius dan melakukan segala upaya untuk menjaganya tetap di bawah 1,5 derajat Celcius.
Batasan yang disepakati mengacu pada perbedaan antara suhu rata-rata global saat ini dan suhu pada periode pra-industri, antara tahun 1850 dan 1900 –sebelum penggunaan bahan bakar fosil meluas.
Suhu Bumi Sering Lampaui Rekor
Melanggar ambang batas Paris ini tidak berarti melampauinya selama satu hari atau seminggu, melainkan berarti melampaui batas tersebut dalam rata-rata 20 atau 30 tahun.
Angka pemanasan rata-rata jangka panjang saat ini berada pada kisaran 1,1-1,2 derajat Celcius.
Namun semakin sering suhu 1,5 derajat Celsius tertembus setiap harinya, semakin besar peluang dunia untuk menembus batas tersebut dalam jangka panjang.
Suhu harian global berdasarkan tahun, 1940-2023, dengan tahun 2023 disorot. Tahun ini terjadi rekor jumlah hari yang melebihi 1,5 derajat Celcius lebih tinggi daripada tingkat pra-industri, khususnya pada bulan September.
Hal ini pertama kali terjadi di era modern selama beberapa hari pada bulan Desember 2015, ketika para politisi menandatangani kesepakatan mengenai ambang batas suhu 1,5 derajat Celcius.
Sejak saat itu, batasan tersebut berulang kali dilanggar, biasanya hanya untuk jangka waktu singkat.
Pada tahun 2016, karena pengaruh peristiwa El Niño yang kuat –perubahan iklim alami yang cenderung meningkatkan suhu global– dunia mengalami 75 hari yang melampaui batas tersebut.
Namun analisis BBC terhadap data dari Copernicus Climate Change Service menunjukkan, hingga tanggal 2 Oktober, sekitar 86 hari pada tahun 2023 telah mencapai 1,5 derajat Celcius lebih hangat ketimbang rata-rata pra-industri. Angka ini mengalahkan rekor tahun 2016 jauh sebelum akhir tahun.
Terdapat ketidakpastian mengenai jumlah hari pasti yang telah melampaui ambang batas 1,5 derajat Celcius. Karena angka tersebut mencerminkan rata-rata global yang mungkin disebabkan oleh perbedaan data yang kecil.
Namun selisih angka yang melampaui angka tahun 2023 pada tahun 2016 memberikan keyakinan bahwa rekor tersebut telah terpecahkan.
“Fakta bahwa kita mencapai anomali 1,5 derajat Celcius ini setiap hari, dan dalam jangka waktu yang lebih lama, sungguh memprihatinkan,” kata Dr Lazenby.
El Nino Membuat Bumi Makin Mendidih
Salah satu faktor penting yang meningkatkan anomali suhu ini adalah timbulnya kondisi El Nino. Hal ini terkonfirmasi hanya beberapa bulan lalu – meskipun masih lebih lemah ketimbang puncaknya pada tahun 2016.
Kondisi ini membantu memompa panas dari Samudera Pasifik bagian timur ke atmosfer. Hal ini menjelaskan mengapa 2023 adalah tahun pertama anomali. Di mana 1,5 derajat Celcius tercatat antara bulan Juni dan Oktober. Jika tergabungkan dengan pemanasan jangka panjang akibat pembakaran bahan bakar fosil.
“Ini pertama kalinya kita melihat hal ini pada musim panas di belahan Bumi utara. Hal ini tidak biasa, cukup mengejutkan melihat apa yang terjadi,” sesal Prof Ed Hawkins dari University of Reading.
“Saya tahu rekan-rekan kami di Australia sangat khawatir dengan konsekuensi yang akan mereka alami. Ketika musim panas semakin dekat (misalnya kebakaran hutan ekstrem), terutama dengan El Nino,” paparnya.
Hari-hari ketika perbedaan suhu telah melampaui 1,5 derajat Celcius berlanjut hingga bulan September. Bahkan ada yang lebih dari 1,8 derajat Celcius di atas rata-rata pra-industri.
Suhu bulanan Bumi secara keseluruhan adalah 1,75 derajat Celcius di atas suhu pra-industri. Hingga saat ini suhunya sekitar 1,4 derajat Celcius di atas rata-rata tahun 1850-1900, menurut Copernicus Climate Change Service.
Tahun 2023 berada di jalur menjadi tahun terpanas dalam sejarah. Tapi tahun ini terperkirakan tidak akan melampaui ambang batas pemanasan rata-rata global 1,5 derajat Celcius dalam 12 bulan penuh. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"