KONTEKS.CO.ID – Platform media sosial memiliki algoritma tersendiri untuk merekomendasikan konten tertentu kepada penggunanya, bahkan selama konflik seperti perang antara Hamas dan Israel.
Menurut laporan BBC pada Rabu 29 November 2023, algoritma TikTok telah mengarahkan pengguna ke konten yang semakin memperpanas konflik tersebut. Ini melibatkan tokoh politik dan memicu opini publik serta protes.
Di Inggris, anggota parlemen, seperti Layla Moran dari Partai Demokrat Liberal, menerima banjir pesan yang mendesak gencatan senjata. Hal ini kemungkinan terinspirasi oleh video TikTok dan Instagram yang terbagikan melalui WhatsApp.
Perpaduan media sosial dan tindakan politik mengungkapkan konsekuensi yang luas dari distribusi konten algoritma.
Dinamika Konten di TikTok: Pro-Israel vs Pro-Palestina
Jurnalis BBC, Marianna Spring, mengungkapkan, bahwa feed TikTok-nya terus-menerus terselingi dengan video baik pro-Israel maupun pro-Palestina. Video tersebut menampilkan pandangan yang bertentangan dan kritik satu sama lain.
Yang mencolok, konten yang mendukung Palestina tampak lebih populer di kalangan pengguna Generasi Z, yang lahir 1997 dan 2021.
Sikap TikTok dan Statistik Penghapusan Konten
Meskipun TikTok bersikeras bahwa algoritma rekomendasinya tetap netral, pengalaman Marianna Spring bertentangan dengan klaim ini.
TikTok melaporkan penghapusan lebih dari 1,1 juta video di wilayah konflik mulai dari 7 Oktober hingga 17 November 2023.
Penghapusan tersebut ditujukan untuk konten yang mempromosikan Hamas, ujaran kebencian, terorisme, dan misinformasi. Panduan komunitas TikTok dengan tegas melarang konten yang mempromosikan Islamofobia atau antisemitisme.
Pelarangan Surat Bin Laden dan Respons Cepat Platform
TikTok baru-baru ini melarang konten yang mempromosikan surat Osama bin Laden yang terkirim pada tahun 2002, yang membenarkan serangannya terhadap Amerika Serikat.
Langkah ini menegaskan komitmen TikTok dalam memerangi konten terkait terorisme, memperkuat respons cepat mereka terhadap ancaman potensial.
Peran Twitter: Penguatan Konten Kontroversial
Platform Twitter alternatif milik Elon Musk, X, menghadapi tuduhan memperbolehkan penyebaran konten kekerasan, kebencian, dan menyesatkan terkait konflik tersebut.
Meskipun mendapat kritik, konten pro-Israel tampaknya tetap memiliki jangkauan yang signifikan di platform ini.
Sementara algoritma TikTok dituduh memihak konten pro-Palestina. Sedangkan Twitter X nampaknya memungkinkan representasi yang lebih seimbang.
Platform milik Elon Musk ini mendapat kritik terkait moderasi konten dan penyebaran disinformasi.
Dampak pada Akun Resmi dan Kekhawatiran Disinformasi
Akun resmi yang mewakili Israel di TikTok mendapatkan penayangan yang signifikan dengan mengkurasi konten. Ini termasuk video tentang sandera Hamas, yang mengumpulkan lebih dari 40 juta penayangan.
Sebaliknya, akun resmi X untuk misi Palestina di PBB memiliki penayangan lebih sedikit, memunculkan kekhawatiran tentang potensi penyebaran informasi salah melalui konten yang terkurasi.
Pengaruh algoritma media sosial selama konflik seperti perang Hamas-Israel menyoroti kekuatan yang platform miliki tersebut dalam membentuk opini publik.
Sementara perdebatan terus berlanjut tentang keadilan algoritma, moderasi konten, dan informasi salah. Pengguna harus secara kritis terlibat dengan informasi yang tersajikan dan menyadari potensi bias serta peran algoritma dalam memperkuat perspektif. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"