KONTEKS.CO.ID – Kecerdasan Buatan (AI) menjadi salah satu topik paling hangat di dunia bisnis pada tahun 2023. Meskipun banyak perusahaan berlomba-lomba menerapkan AI dalam layanan dan sistem internal mereka, pandangan kritis muncul dari bos OpenAI, pembuat ChatGPT.
Apa yang membuat Chief Operating Officer (COO) OpenAI, Brad Lightcap, menyatakan bahwa AI saat ini “overhyped” atau ternilai secara berlebihan dalam konteks bisnis?
1. AI dan Perubahan Bisnis yang Dianggap Overrated
Menurut Brad Lightcap, satu aspek AI yang overrated adalah ekspektasi bahwa AI dapat memberikan perubahan bisnis yang signifikan dalam satu langkah.
Dalam pengalaman Lightcap sebagai COO OpenAI, banyak perusahaan mendekati OpenAI dengan harapan bahwa teknologi AI generatif dapat secara instan memecahkan masalah kompleks. Memotong biaya secara drastis dan drastis mencetak pertumbuhan yang besar.
Lightcap menyoroti bahwa adopsi AI di perusahaan tidak bisa langsung mencapai tujuan tersebut. Meskipun AI memiliki potensi besar, teknologi ini masih dalam tahap eksperimental dan belum sepenuhnya terintegrasi sebagai alat dan aplikasi kritis dalam bisnis.
2. Tantangan Adopsi AI di Berbagai Sektor
Adopsi AI di berbagai sektor bisnis tidak terlepas dari tantangan. Penggunaan AI dalam perusahaan seringkali bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mencapai pertumbuhan yang lebih baik. Namun, realitas implementasi sering kali tidak sesuai dengan harapan.
Salah satu contoh adalah penggunaan chatbot AI oleh perusahaan keuangan Morgan Stanley. Meskipun terbangun dengan teknologi AI generatif dari OpenAI, chatbot tersebut tidak memenuhi ekspektasi.
Karyawan perusahaan mengeluh target audiens, yakni manajer keuangan, lebih suka menggunakan metode tradisional seperti telepon untuk mendapatkan informasi. Ini mencerminkan resistensi dan preferensi konsumen yang dapat menghambat keberhasilan implementasi AI.
3. Kecerdasan Buatan dalam Industri Jurnalisme
Industri jurnalisme juga mencoba mengadopsi AI untuk meningkatkan produksi konten berita dengan biaya lebih rendah. Namun dalam praktiknya, masih ada tantangan yang perlu teratasi.
Artikel yang dihasilkan oleh AI sering kali kurang sensitif, tidak masuk akal, atau bahkan tidak akurat. Hal ini menciptakan dilema antara efisiensi produksi dan kualitas konten.
Beberapa perusahaan jurnalisme bahkan telah mengurangi rencana mereka untuk mengadopsi AI dalam proses produksi konten karena kendala-kendala ini. Ini menunjukkan bahwa meskipun potensi AI besar, masih ada perbedaan antara harapan dan realitas dalam mengintegrasikan teknologi ini ke dalam industri media.
4. Pengembangan AI di Masa Depan: Harapan Tetap Tinggi
Meskipun saat ini AI mungkin dianggap overhyped dalam beberapa konteks bisnis, harapan terhadap pengembangan teknologi ini tetap tinggi. Lightcap percaya bahwa meskipun AI masih dalam tahap eksperimental, teknologi ini akan terus berkembang menjadi lebih canggih.
Perkembangan AI generatif, seperti yang diwakili oleh ChatGPT, telah menunjukkan potensi besar dalam memfasilitasi pekerjaan tertentu dan memberikan solusi yang lebih kontekstual.
Perusahaan dan pengembang terus bekerja untuk meningkatkan model AI guna menjawab kebutuhan yang lebih kompleks dan spesifik.
5. Menghadapi Realitas Adopsi Kecerdasan Buatan
Menghadapi realitas adopsi AI dalam dunia bisnis menjadi sebuah tantangan. Sementara teknologi terus berkembang, perusahaan perlu menyadari bahwa hasil yang mereka inginkan mungkin tidak selalu tercapai secara instan.
Keselarasan antara ekspektasi dan kemampuan teknologi menjadi kunci untuk memaksimalkan manfaat AI dalam berbagai sektor.
Meskipun mungkin ada kekecewaan awal dalam beberapa implementasi AI, terusnya penelitian dan pengembangan akan membawa inovasi lebih lanjut.
Dalam perjalanan ini, penting untuk tetap realistis, terbuka terhadap tantangan, dan siap beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang tak terhindarkan. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"