KONTEKS.CO.ID – Rekor suhu terpanas Bumi sepanjang 100 tahun terakhir atau 1 abad tercatat pada tahun 2023. Fakta gawat tersebut terungkap dalam laporan sementara sementara World Meteorologi Organisation (WMO).
WMO menyebutkan, data hingga akhir Oktober menunjukkan suhu tahun ini sekitar 1,40 derajat Celcius (margin ketidakpastian kurang lebh 0,12°C ) di atas suhu dasar pra-industri tahun 1850-1900.
Perbedaan suhu antara tahun 2023 dan 2016 serta tahun 2020, sebelumnya sebagai tahun-tahun terpanas sangat signifikan. Sehingga hingga akhir tahun nanti, kemungkinan besar tidak akan memengaruhi “status” tersebut.
“Tingkat gas rumah kaca memembus rekor tertinggi. Suhu global mencapai rekor tertinggi. Kenaikan permukaan laut mencapai rekor tertinggi. Es laut Antartika mencapai rekor terendah. Ini adalah hiruk pikuk catatan yang memekakkan telinga,” ungkap Sekretaris Jenderal WMO, Prof Petteri Taalas dalam keterangan resminya, mengutip kalpatara.id, Sabtu 30 Desember 2023.
“Ini lebih dari sekadar statistik. Kita berisiko kalah dalam perlombaan menyelamatkan gletser dan mengendalikan kenaikan permukaan laut. Kita tidak bisa kembali ke iklim abad ke-20, namun kita harus bertindak sekarang untuk membatasi risiko iklim yang semakin tidak ramah pada abad ini dan abad-abad mendatang,” papar Prof Taalas.
Tingkat karbon dioksida 50% lebih tinggi daripada era pra-industri sehingga memerangkap panas di atmosfer.
Laju kenaikan permukaan air laut pada 2013-2022 lebih dari dua kali lipat laju kenaikan permukaan laut pada dekade pertama yang dicatat oleh satelit (1993-2002) karena pemanasan laut yang terus berlanjut serta pencairan gletser dan lapisan es.
Rekor Suhu Perpanas Bumi dan Catatan Buruk Lainnya
Luas maksimum es laut di Antartika pada tahun ini adalah yang terendah yang pernah tercatat. Yakni, yaitu 1 juta km2 (lebih besar dari luas gabungan Perancis dan Jerman) lebih kecil dari rekor terendah sebelumnya. Tepatnya pada akhir musim dingin di belahan Bumi selatan.
Gletser di Amerika Utara dan Eropa sekali lagi mengalami musim pencairan es yang ekstrim. Gletser Swiss telah kehilangan sekitar 10 persen sisa volumenya dalam dua tahun terakhir, menurut laporan WMO.
Laporan tersebut menunjukkan jangkauan global dari perubahan iklim. Laporan ini memberikan gambaran mengenai dampak sosio-ekonomi, termasuk ketahanan pangan dan perpindahan penduduk.
“Tahun ini kita telah melihat masyarakat di seluruh dunia dilanda kebakaran, banjir, dan suhu yang sangat panas. Rekor panas global seharusnya membuat para pemimpin dunia merinding,” kata Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres.
“Kami memiliki peta jalan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 °C dan menghindari kekacauan iklim yang terburuk,” ucapnya.
Namun, lanjut dia, Bumi membutuhkan para pemimpin yang bisa menjadi pencetus di COP28 dalam perlombaan untuk menjaga batas 1,5 derajat tetap hidup. “Dengan menetapkan ekspektasi yang jelas untuk putaran rencana aksi iklim berikutnya dan berkomitmen pada kemitraan dan pendanaan untuk mewujudkannya. Dengan berkomitmen pada tiga kali lipat energi terbarukan dan dua kali lipat efisiensi energi. Serta berkomitmen menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, dengan jangka waktu yang jelas sesuai batas 1,5 derajat,” tutur António Guterres.
Laporan sementara Keadaan Iklim Global WMO telah terbit untuk menginformasikan negosiasi pada COP28 di Dubai.
Sekadar catatan, laporan menggabungkan masukan dari Badan Meteorologi dan Hidrologi Nasional, pusat iklim regional, mitra PBB, dan ilmuwan iklim terkemuka. Angka suhu merupakan konsolidasi dari enam kumpulan data internasional terkemuka. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"