KONTEKS.CO.ID – Kehadiran varian COVID XBB di Indonesia di tengah kelangkaaan ketersediaan vaksin virus Corona bisa membahayakan rakyat.
Dicky Budiman, Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global dari Universitas Griffith University Australia, berpendapat, kelangkaan ketersediaan vaksin COVID- 19 serta sedikitnya kemampuan pelacakan bisa membahayakan Indonesia dalam menghadapi COVID XBB.
“Kalau kita ingin mengakhiri masa kritis ini, di antaranya yang sangat signifikan ialah bermodal imunitas. Makanya imuniasi harus segera dikejar,” tutur Dicky di nukil Antara di Jakarta, Senin, 24 Oktober 2022.
Menjawab masuknya versi XBB di Indonesia, Dicky menjelaskan, jika mutasi virus Corona terbaru itu telah memasuki negara tetangga semisal Singapura atau Australia, maka durasi kemampuan XBB masuk ke Indonesia tidak lebih dari satu pekan.
Akhir pekan kemarin, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melaporkan COVID XBB sudah masuk ke Indonesia. Karena itu, kemampuan menemukan varian serta subvarian COVID- 19 masih harus ditingkatkan lagi.
Terlebih, sambung dia, Indonesia sedang menghadapi keterbatasan melaksanakan surveilans menggunakan genomic sequencing. Sebaliknya kecekatan XBB menginfeksi seorang jauh melampaui versi Delta, ataupun sub-varian BA. 1 serta BA. 2.
Varian XBB dikabarkan berkemampuan menurunkan efikasi antibodi warga secara dramatis. Akhirnya, antibodi monoklonal atau antibodi hasil produksi di laboratorium yang bekerja meniru kemampuan sistem kekebalan tubuh manusia untuk melawan infeksi virus jadi tidak efektif.
“ Keterbatasan surveilans kita terlebih dengan genomic surveilans yang menyusut, ini pasti mempunyai akibat kalau maksudnya kasus- kasus yang terjalin di warga dapat bertambah,” tuturnya.
Dicky menilai, rendahnya kemampuan pencarian menimbulkan breakthrough infection ataupun orang yang telah divaksinasi tapi terjangkit kembali bakal semakian banyak. Bahkan jumlahnya bisa memcapai 50% dari kasus positif yang ditemui.
“Kalau warga punya modal imunitas setidaknya dengan tiga dosis, kita optimistis tidak akan terlalu terdampak dalam aspek layanan kesehatan dari keparahan dan kematian,” ujarnya yakin.
Dengan hadirnya COVID XBB, dia mendesak aturan isolasi dan karantina dapat diperketat kembali. Pemerintah juga harus bisa mengajak masyarakat membangun perilaku hidup adaptif. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"