KONTEKS.CO.ID – Mark Zuckerberg mengulas Apple Vision Pro. Ia pun mengunggah video hasil ulasannya di akun Instagram-nya pada awal pekan ini.
Apple Vision Pro merupakan headset realitas campuran, saingan baru Meta Quest 3 Pro.
“Baiklah teman-teman, jadi, akhirnya saya mencoba Vision Pro dari Apple,” kata Zuckerberg memulai dalam video yang ia unggah ke Instagram-nya, mengutip CNN, Jumat 16 Februari 2024.
“Sebelumnya, saya berharap Quest akan menjadi nilai yang lebih baik bagi kebanyakan orang, karena sangat bagus dan harganya tujuh kali lebih murah,” katanya merujuk pada harga awal Quest 3 sebesar USD500 (Rp7,8 juta) daripada Vision Pro yang terbanderol USD3.500 (Rp54,7 juta).
“Tetapi setelah menggunakannya, saya tidak hanya berpikir bahwa Quest adalah nilai yang lebih baik, saya pikir Quest adalah produk yang lebih baik, titik,” tandasnya.
Apple sendiri tidak menanggapi permintaan komentar mengenai video Zuckerberg.
Mark Zuckerberg Mengulas Apple Vision Pro vs Meta Quest Pro
Meta Quest
Ini adalah headset nirkabel berwarna putih dengan pengontrol genggam yang Meta iklankan sebagai headset ideal untuk memainkan game imersif. Perangkat terjual dengan harga Rp7,8 juta.
Para pengulas mengatakan perangkat ini lebih kecil dan lebih nyaman terbandingkan headset Meta sebelumnya. Meta juga memiliki opsi headset yang lebih canggih dan lebih mahal yang disebut Meta Quest Pro.
Apple Vision Pro
Headset ramping yang mengingatkan pada kacamata ski, dengan sambungan kabel ke baterai seukuran iPhone. Namun beroperasi menggunakan sinyal tangan dan mata, bukan pengontrol.
Para pengulas memuji antarmukanya yang familiar dan layar beresolusi 4K. Mereka mengatakan ini tidak tertandingi untuk menonton video dan film yang imersif. Tapi harganya tidak murah, yakni hampir Rp55 juta.
Setidaknya untuk saat ini, sebagian besar konsumen mungkin tidak akan membeli Quest 3 atau Vision Pro. Kedua headset realitas campuran ini masih relatif besar, kikuk, dan tidak nyaman.
Selain itu, memiliki penggunaan terbatas yang mungkin membuat semua orang, kecuali para penggemar gadget terbesar, bertanya-tanya bagaimana mereka akan menggabungkan perangkat tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.
Namun bagi Meta dan Apple, dipandang sebagai pemimpin dalam bidang realitas campuran sangatlah penting. Kedua perusahaan melihat realitas campuran (mixed reality) sebagai masa depan komputasi, meskipun visi mereka sedikit berbeda.
Meta percaya bahwa headset pada akhirnya akan memungkinkan pengguna menghabiskan banyak waktu di dunia digital yang sebagian besar masih bersifat hipotetis yang disebut “metaverse”.
Sementara Apple tampaknya berharap perangkat tersebut suatu hari nanti akan meningkatkan kehidupan pengguna di dunia nyata, seperti halnya iPhone dalam hampir dua dekade sejak peluncurannya.
Sejauh ini, Metaverse hanya memperoleh sedikit daya tarik, meskipun menelan biaya puluhan miliar dolar, dan sebagian besar perusahaan telah beralih ke pembicaraan tentang AI. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"