KONTEKS.CO.ID – Rekor suhu permukaan laut global pecah dalam satu tahun terakhir pada pekan kedua Maret 2024 ini.
Kejadian ini mendorong keresahan para ilmuwan dunia. Mereka khawatir perubahan iklim pada akhirnya dapat memicu ekosistem laut melampaui titik kritis.
Dalam 12 bulan terakhir, tiap hari suhu permukaan laut dunia memecahkan rekor.
Climate Reanalyzer dari Universitas Maine mencatat suhu permukaan laut rata-rata belakang ini mencapai kisaran 1,25℉ atau 17,08333℃ lebih tinggi daripada suhu pada periode 1982-2011.
Perubahan drastis tersebut adalah anomali besar yang bisa berdampak signifikan terhadap cuaca dan ekosistem. Mengutip laman Kalpatara.id, suhu permukaan laut sendiri dinyatakan tak pernah turun dari rekor terpanas sejak Maret 2023.
Sementara itu, World Meteorological Organization (Organisasi Meteorologi Dunia/WMO) awal Maret kemarin menyatakan, El Nino, pola iklim alami yang berhubungan dengan pemanasan Samudera Pasifik telah menggapai puncaknya.
WMO mengutarakan, ada kemungkinan 80% fenomena El Niño bakal memudar sepenuhnya pada bulan April dan Juni. Hanya dampaknya terprediksi masih bakal terus berlanjut.
“El Nino berkontribusi menjadikan tahun 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Meskipun penyebab utamanya adalah emisi bahan bakar fosil,” ungkap Sekretaris Jenderal WMO, Celeste Saulo, dalam pernyataan resminya, melansir Senin 18 Maret 2024.
Rekor Suhu Permukaan Laut: Kondisi Laut yang Mengkhawatirkan
Saulo menambahakan, data yang terkumpul memproduksi informasi yang lebih suram dan lebih meresahkan. “Suhu permukaan laut pada bulan Januari 2024 adalah yang tertinggi pada bulan-bulan Januari yang pernah tercatat . Hal ini mengkhawatirkan dan tidak dapat terjelaskan hanya dengan El Nino,” tuturnya.
Suhu permukaan laut pada bulan Februari juga lebih panas ketimbang bulan mana pun dalam sejarah. Angka ini memecahkan rekor pada Agustus lalu, menurut program pemantauan satelit Copernicus Eropa.
Bulan Februari 2024 merupakan bulan Februari terpanas yang pernah tercatat secara global. Rata-rata suhu udara permukaan ERA5 sebesar 13,54°C.
Tercatat 0,81°C di atas rata-rata bulan Februari tahun 1991-2020. Juga tercatat 0,12°C di atas suhu terpanas bulan Februari sebelumnya, pada 2016.
Ini adalah bulan kesembilan berturut-turut yang merupakan rekor terpanas untuk masing-masing bulan dalam setahun.
Di seluruh dunia, panas di atas daratan dan lautan tercatat luar biasa. Antara tanggal 8 dan 11 Februari, suhu global mencapai 2 derajat Celsius lebih tinggi dari suhu rata-rata pada 1850-1900.
Selama sebulan secara keseluruhan, Eropa mengalami suhu panas 3,3 derajat Celcius di atas standar tersebut.
Ilmuwan dan Ahli Iklim Resah
Direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus, Carlo Buontempo, mengutarakan, ini adalah gambaran dari peningkatan gas rumah kaca di atmosfer.
“Jika kita tidak berhasil menstabilkannya, kita pasti akan menghadapi rekor suhu global baru dan konsekuensinya,” tandasnya.
Catatan panas sudah menjadi hal biasa. Yang jadi masalah besarnya anomali di atas lautan telah menimbulkan kekhawatiran.
Ahli iklim berpengaruh di Brasil, Carlos Nobre, mengatakan, tak ada model iklim yang akurat bisa memprediksi seberapa tinggi suhu permukaan laut selama 12 bulan terakhir.
Alasannya, Mengingat panas yang terus berlanjut di lautan, dia mengatakan tahun 2024 kemungkinan akan menjadi tahun panas yang luar biasa bagi dunia secara keseluruhan.
“Planet ini memanas dengan kecepatan yang semakin cepat. Kita melihat peningkatan suhu yang cepat di lautan, yang merupakan reservoir panas terbesar di dunia,” ungkap Kepala Pemodelan Sistem Kelautan di Pusat Oseanografi Nasional Inggris, Dr Joel Hirschi.
Ia menambahkan, rekor suhu permukaan laut sebelumnya terlampaui pada 2023. Lalu memasuki tahun 2024 melebihi ekspektasinya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"