KONTEKS.CO.ID – ITS menciptakan Drone Sniffing, yakni drone pendeteksi emisi gas rumah kaca di udara. Perangkat inovatif pertama di Indonesia ini hasil kerja sama Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Beehive Drones dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).
Drone Sniffing tercatat pesawat nirawak pertama di Tanah Air yang terlengkapi dengan berbagai fitur canggih. Fitur itu dapat terakses secara real-time untuk meningkatkan keakuratan dan fungsionalitasnya.
Ketua Tim Riset Kedaireka ITS, Tri Achmadi, mengatakan, drone pendeteksi emisi dengan seri BVD-M16A ini adalah Pesawat Udara Tanpa Awak (PUTA) multiguna. Unit memiliki kemampuan utama untuk mendeteksi emisi gas rumah kaca di udara.
Drone telah tertanam sensor BVD-Sniffing untuk mendeteksi tujuh jenis polutan udara seperti CO2, CO, NO2, NO, SO2, PM2.5, dan PM10.
Polutan tersebut dapat dideteksi dan diukur kadar dan jenisnya secara real-time melalui sensor-sensor pendekatan. Fungsi ini dapat membantu BKI serta Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) sebagai pengguna untuk menjalankan fungsi pelabuhan dan standarisasi kapal.
Data tersebut juga dapat digunakan untuk menekan angka gas emisi udara di Indonesia.
Fungsi Drone Pendeteksi Emisi
Tri menuyurkan, Drone Sniffing ini juga berfungsi sebagai alat surveillance (pengawas). Membawa BVD-M16A dengan kamera thermal dan kamera RGB, memudahkan drone melakukan kegiatan surveillance di wilayah perairan.
Selain itu, radar Light Detection And Ranging (LiDAR) memungkinkan alat ini mengukur kedalaman suatu objek dan menghindarkan alat dari objek-objek lain yang tidak diinginkan.
“Fitur-fitur ini menjadikan drone BVD-M16A efektif untuk menjangkau area yang sulit dan melakukan pemantauan,” klaim Manajer Pusat Inovasi Kemaritiman ITS tersebut.
Drone sniffing yang memboyong floater system tersebut cocok untuk dioperasikan di wilayah perairan, seperti pelabuhan dan pantai.
Dengan jangkauan hingga 20 kilometer, drone ini juga dapat tergunakan di perairan lepas. Gelombang laut yang bergejolak tidak menghalangi drone untuk take off dan landing pada permukaan laut. Bahan yang tergunakan telah mempertimbangkan semua hal dengan matang, sehingga drone tetap stabil.
Menggunakan dashboard berbasis Internet of Things (IoT), semua informasi dari Drone Sniffing dapat terakses melalui website putaradar.id secara real-time.
Dashboard ini mengandung berbagai sumber informasi mengenai jenis dan kadar emisi, tipe kapal, hingga nama dari pelabuhan.
“Dengan adanya informasi ini, pengguna dapat mengetahui kelayakan suatu kapal dan juga dapat menjadi acuan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca,” kata dosen Departemen Teknik Transportasi Laut itu.
Dashboard ini juga terlengkapi dengan indikator ambang batas emisi per kapal, sehingga memungkinkan pengguna menentukan kelayakan suatu kapal.
Fitur dalam dashboard akan tersesuaikan dengan jenis pengguna. Contohnya pada KSOP, pengguna dapat melihat data cek emisi harian, data hasil emisi perkapal, bukti hasil penciuman emisi, dan data-data yang pilot miliki di lapangan. Semua informasi tersebut dapat diakses secara real-time pada website.
Drone telah melalui tiga uji, yaitu sniffing, surveillance, dan floater system. Karena itu, Drone Sniffing ini terlihat mampu menyelesaikan semuanya dengan lancar.
Hal itu memberikan bukti bahwa alat inovatif tersebut sudah layak untuk terkomersialisasikan dan tergunakan secara produktif di masyarakat.
Cara Kerja Drone Sniffing
Drone sniffing tersebut bekerja dengan menghisap emisi gas buang dari kapal atau area dermaga. Kemudian menangkapnya dalam sensor emisi BVD-Sniffing.
Sensor ini mendeteksi setiap partikel yang telah terhisap menggunakan polutant sensor di dalamnya. Data dari sensor ini terolah oleh perangkat lunak dan diunggah ke cloud, sehingga hasilnya dapat terlihat melalui dashboard.
Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut dan Kepelabuhan KSOP, Nanang Afandi, berharap alat ini dapat membantu KSOP dalam mendeteksi emisi polutan dari kapal-kapal di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Alat ini nanti dapat tergunakan lebih luas lagi untuk mendukung target Indonesia mencapai nol emisi pada tahun 2060 mendatang.
“Penggunaan teknologi ini merupakan langkah penting dalam upaya nasional untuk mengurangi polusi dan menjaga kelestarian lingkungan,” tuturnya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"