KONTEKS.CO.ID – Siswa madrasah berprestasi. Anak-anak madrasah kembali memperlihatkan kemampuannya yang tak bisa siapapun pandang sebelah mata.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Malang yang berlaga di ajang Madrasah Young Researcher Supercamp (Myres) 2024 memperlihatkan tajinya.
Mereka berhasil membawa pulang medali Emas Myres untuk Kategori Matematika, Sains, dan Teknologi (MST).
Prestasi riset ini teraih oleh Bylqhiz Ghanisah Bustomi kelas XI MIPA 8 dan Gaea Alexa Sulthana kelas XI MIPA 8. Keduanya adalah pemenang Myres dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) di Asrama Haji Transit Ternate, pada akhir pekan kemarin.
“Alhamdulillah pada ajang Myres kami meraih hasil terbaik dengan meraih emas. Begitu juga 3 medali dari KSM pada Bidang MA/SMA. Semoga ini menjadi pemantik semangat kita untuk lebih baik lagi ditahun yang akan datang. Terima kasih anak-anak dan tim pendamping,” kata Kepala MAN 2 Kota Malang Samsudin, mengutip Senin 9 September 2024.
Siswa Madrasah Berprestasi MAN 2 Kota Malang Temukan Pohon Misterius
Tim meneliti sekumpulan pohon misterius yang tumbuh di Malang, Jawa Timur. Tumbuhan itu ternyata memilik khasiat melawan hipertensi.
“Alhamdulillah penelitian siswa MAN 2 Kota Malang bisa terjabarkan dalam karya ilmiah berjudul ‘Analisis Aktivitas Antioksidan Senyawa Buah Loa Petirtaan Watugede Sebagai Angiotensin – Converting Enzyme Inhibitor Berbasis Molecular Docking’,” sebut Samsudin.
Ia menjelaskan, di situs Petirtaan Watugede, yang terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang tumbuh banyak sekali pohon tradisional langka. Oleh masyarakat setempat tumbuhan itu terkenal dengan nama pohon loa.
Pohon kayu setinggi 10 meter ini memiliki buah bulat bergerombol yang berwarna hijau dan berubah menjadi merah bila sudah matang. “Setelah diteliti, pohon ini ternyata memilik khasiat luar biasa melawan hipertensi,” papar Samsudin.
Buah Loa rasanya cukup hambar, sehingga kurang enak kita makan dan agak sulit terolah. Untuk itu, selama ini berton-ton buah loa hanya menjadi timbunan sampah membusuk di Kabupaten Malang.
“Hal ini menjadi daya pikat bagi anak-anak untuk menelitinya,” ucap Samsudin.
Hasil penelitian ini mereka ikutkan dalam Myres 2024. Proses riset dilakukan selama satu bulan. “Hasilnya, ternyata buah loa cukup ampuh menangkal radikal bebas penyebab hipertensi,” kata Kamad.
Proses Penelitian Siswa MAN 2 Kota Malang
Salah satu peneliti, Gaea Alexa Sulthana menjelaskan, dalam serangkaian uji laboratorium, mereka menemukan bahwa ekstrak buah loa dapat berperan sebagai Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor.
“Ini artinya ekstrak loa secara efektif cukup baik menghambat enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi hormon angiotensin II. Hormon inilah yang tertuding biang keladi penyempitan pembuluh darah, sehingga memici naiknya tensi darah. Ini membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh,” tuturnya.
Gaea mengatakan, mekanisme ACE Inhibitor sudah lama terkenal dalam ilmu medik. Enzim yang dihasilkan dalam mekanisme ACE Inhibitor ini dapat pula membantu mencegah. Atau mengatasi kerusakan ginjal dengan cara mengurangi tekanan di pembuluh darah ginjal.
“Penelitian ini menggunakan juga teknik molecular docking,. Yakni, teknik komputasi yang tergunakan untuk memprediksi interaksi antara dua atau lebih molekul. Sehingga dapat terpakai untuk mendesain obat,” lanjutnya.
Pohon Loa Bisa Sembuhkan Penyakit ‘Silent Killer’
Ide penelitian ini bermula dari fakta terbuangnya banyak sekali buah loa yang jatuh tanpa manfaat. “Kemudian kami coba teliti kandungannya, serta manfaat yang dapat terpakai dari sifat kimiawi buah ini,” katanya.
Ia juga sampaikan, dari hasil akhir dari penelitian ini adalah, buah loa (ficus facemosa) memiliki kandungan antioksidan tinggi dari jenis triterpenoid, fenolik, flavonoid, alkaloid, tannin, dan saponin yang mampu menangkal radikal bebas biang keladi hipertensi.
“Dalam buah loa, seluruhnya ada 12 senyawa yang secara efektif menggempur pengapuran pembuluh darah. Menurut hasil lab, ekstrak metanol Loa memiliki nilai IC50 sebesar 69,05 µg/ml. Ini tergolong kuat menangkal radikal bebas,” jelas peserta didik kelas XI MIPA 8 ini.
Ia menerangkan, sifat-sifat buah loa itu sangat cocok dengan kebutuhan medik di Indonesia. Sebab hipertensi masih menjadi silent killer utama di Tanah Air.
“Prevalensi penderita darah tinggi di Indonesia mencapai 63 juta orang dan terperkirakan meningkat hingga 29% pada tahun 2025.” jelasnya.
Guru pembimbing penelitian ini, Wila Azaria mengatakan, temuan ini baru menjadi konsep, belum terracik sebagai produk yang siap pakai.
Namun temuan peserta didik MAN 2 Kota Malang ini telah mengantongi Surat Pencatatan Penciptaan dari Kementerian Hukum dan HAM RI.
“Alhamdulillah untuk dapat menjadi obat yang siap masyarakat konsumsi masih memerlukan proses lanjutan,” lanjut Wila.
Menurutnya, masih harus tercoba dan tertambahkan pelarut untuk menghasilkan karakteristik yang lebih baik. Kemudian masih perlu pengujian high performance liquid chromatography (HPLC) dan tentu saja pengujian in vivo. Yakni, pengujian yang terlakukan pada organisme hidup seperti hewan atau manusia.
Bila hal-hal seperti ini dapat menjadi produk, maka akan mendatangkan manfaat ekonomi yang luar biasa. Pada saat dunia medik di dunia membutuhkan banyak bahan mentah dari negara-negara tropis, Indonesia malah memiliki banyak sumber daya terbuang-buang.
Di Kabupaten Malang yang berdataran tinggi terdapat berhektar-hektar pohon loa, khususnya di daerah-daerah basah.
“Selama ini masyakarat tidak tahu untuk apa, dan dunia Industri tidak meliriknya sebagai aset ekonomi bernilai tinggi,” katanya menutup pembicaraan terkait siswa madrasah berprestasi. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"