KONTEKS.CO.ID – Gempa Maluku magnitudo 7,9 berpotensi menimbulkan tsunami, Selasa, 10 Januari 2023, pukul 00.47 WIB.
Wilayah tersebut memang rawan akan gempa bumi dan tsunami. Berdasarkan catatan BNPB, pada malam tanggal 17 Februari 1964, atau 346 tahun lalu, gempa bumi mengguncang Ambon dan sekitarnya.
Gempa disusul tsunami dari Laut Banda. Kejadian ini dicatat oleh Georg Everhard Rumphius (1627-1702) seorang ilmuwan Eropa yang pernah tinggal di Ambon.
Gempa dan tsunami berdampak kerusakan rumah warga dan menelan korban jiwa yang diperkirakan mencapai 2.500 orang.
Guncangan yang terjadi antara pukul 19.30–20.00 waktu setempat itu bertepatan dengan suasana perayaan Tahun Baru China yang berlangsung meriah di sekitar pasar.
Guncangan yang sangat keras melanda seluruh Pulau Ambon dan pulau-pulau di sekitarnya. Ini mengakibatkan 86 orang meninggal dunia tertimpa runtuhan bangunan dan rumah-rumah yang terbuat dari batu mengalami banyak retakan sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Selesai gempa, gelombang pasang terjadi di seluruh pesisir Pulau Ambon. Pesisir Utara di Semenanjung Hitu menderita kerusakan yang paling parah, terutama di daerah Ceyt di antara Negeri Lima dan Hile.
Di daerah ini air naik setinggi 40–50 toises atau sekitar 70–90 meter. Rumphius menjadi salah satu saksi bencana besar yang melanda Ambon masa itu.
Korban gempa dan tsunami tercatat diperkirakan mencapai lebih dari 2.500 jiwa, termasuk istri dan anak Rumphius. Catatan sang ilmuwan ini merupakan sebagian dari catatan sejarah gempa dan tsunami terkait bencana rapid onset yang pernah terjadi dan paling mematikan di Maluku serta sekitarnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"