KONTEKS.CO.ID – Meteor Chelyabinsk guncang dunia. 10 tahun lalu, tepat di tanggal 15 Februari 2013, ledakan meteor di atas Kota Chelyabinsk menunjukkan mengapa umat manusia membutuhkan metode yang lebih baik untuk mendeteksi dan melacak asteroid dekat Bumi.
Pada 15 Februari 2013, Paul Chodas, Manajer Center for Near-Earth Object Studies (CNEOS) di Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA di California, sedang mempersiapkan segmen TV NASA tentang flyby asteroid dekat Bumi, 2012 DA14, yang diperkirakan melintas dalam jarak 27.680 kilometer dari Bumi.
Selama persiapan ini, Chodas dikirimi klip YouTube tentang bola api besar yang meledak di langit di atas Chelyabinsk, sebuah kota di wilayah Ural, Rusia.
Chodas pada awalnya merasa skeptis. “Awalnya, ada banyak kebingungan. Orang-orang berpikir, ‘Oh, prediksi kami salah’. Dan saya meyakinkan mereka bahwa tidak (prediksi kami tidak salah), kami tahu persis di mana asteroid itu berada, dan asteroid itu melewati sabuk GEO (geostasioner). Tapi asteroid Chelyabinsk ini hanyalah sebuah peristiwa yang sepenuhnya independen yang datang dari arah yang berbeda,” kata Chodas kepada Space.com.
Ternyata, video yang dikirim Chodas menunjukkan asteroid dekat Bumi berukuran 59 kaki (18 meter) meledak di atmosfer setelah mengejutkan para ilmuwan karena datang dari arah Matahari, sebuah titik buta bagi teleskop dan sensor lainnya di Bumi.
Ledakan yang terjadi menyebabkan kerusakan senilai jutaan dolar AS di seluruh Chelyabinsk dan melukai ribuan penduduk di area seluas ratusan mil. Sebagian besar cedera disebabkan oleh pecahan kaca, meskipun ratusan penduduk mengalami kerusakan mata akibat ledakan yang sempat menerangi langit lebih terang daripada Matahari. Beberapa lusin orang dilaporkan mengalami luka bakar akibat radiasi ultraviolet yang kuat yang disebabkan oleh ledakan tersebut.
Sepuluh tahun kemudian, ledakan meteor Chelyabinsk dan kerusakan yang ditimbulkannya menggarisbawahi perlunya teleskop pelacak asteroid seperti NEO Surveyor milik NASA, misi pertahanan planet seperti Uji Pengalihan Asteroid Ganda, dan organisasi penelitian seperti CNEOS.
Meskipun saat ini tidak ada asteroid yang diketahui berada di jalur tabrakan dengan Bumi, benda-benda tak terduga secara rutin menabrak atmosfer hanya dalam waktu beberapa jam. Dan dalam kasus Chelyabinsk, terkadang asteroid bisa datang tanpa terdeteksi melalui titik-titik buta dalam kemampuan deteksi kita.
“Tidak ada asteroid besar yang diketahui memiliki peluang signifikan untuk menabrak Bumi,” kata Chodas meyakinkan publik.
Setelah meteor Chelyabinsk meledak, sensor infrasonik yang dirancang untuk mendeteksi ledakan nuklir membantu para ilmuwan menentukan bahwa ledakan itu memang sangat kuat. “Ini adalah peristiwa besar, peristiwa terbesar yang pernah kami ukur,” kata Chodas. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"