KONTEKS.CO.ID – Chatbot berbahaya ada dalam berita ini. Chatbot dapat membantu meningkatkan kehidupan manusia, tetapi seseorang disalahkan karena memfasilitasi kematian, menurut laporan baru yang diterbitkan minggu ini.
Seorang pria di Belgia dilaporkan bunuh diri secara tragis setelah percakapan tentang perubahan iklim dengan chatbot AI (kecerdasan buatan). Inilah chatbot berbahaya bagi umat manusia.
Chatbot AI dikatakan telah mendorongnya untuk mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan planet ini. “Tanpa Eliza (the chatbot), dia akan tetap ada di sini,” kata istri pria yang tewas bunuh diri itu kepada outlet berita Belgia, La Libre, terkait chatbot berbahaya, Sabtu, 1 April 2023.
Enam pekan sebelum kematiannya dilaporkan, ayah dua anak yang tidak dikenal itu diduga berbicara secara intensif dengan chatbot di sebuah aplikasi bernama Chai.
Bot aplikasi didasarkan pada sistem yang dikembangkan oleh lab penelitian nirlaba EleutherAI sebagai “alternatif sumber terbuka” untuk model bahasa yang dirilis oleh OpenAI yang digunakan oleh perusahaan di berbagai sektor, dari akademisi hingga perawatan kesehatan.
Chatbot yang dilatih oleh salah satu pendiri Chai Research, William Beauchamp dan Thomas Rianlan. Vice menambahkan, aplikasi Chai telah digunakan oleh 5 juta pengguna.
“Begitu kami mendengar tentang (bunuh diri) ini, kami bekerja sepanjang waktu untuk menerapkan fitur ini,” kata Beauchamp kepada Vice tentang fitur intervensi krisis yang diperbarui.
“Jadi sekarang ketika ada yang membahas sesuatu yang mungkin tidak aman, kami akan menyajikan teks bermanfaat di bawahnya dengan cara yang persis sama seperti yang dilakukan Twitter atau Instagram di platform mereka,” tambahnya,
Pria yang bunuh diri adalah seorang ayah berusia 30-an dan juga peneliti kesehatan. Tampaknya korban memandang bot itu sebagai manusia, seperti yang dilakukan tokoh film thriller sci-fi 2014 “Ex Machina” dengan wanita AI Ava.
Pria itu dilaporkan meningkatkan diskusi dengan Eliza dalam satu setengah bulan terakhir saat mulai mengembangkan ketakutan eksistensial tentang perubahan iklim.
Menurut istrinya, suaminya telah menjadi “sangat pesimistis tentang efek pemanasan global”. Lalu dia mencari hiburan dengan curhat pada AI, lapor La Libre, yang mengatakan telah meninjau pertukaran teks antara korban dan Eliza.
“Ketika dia berbicara kepada saya tentang hal itu, itu untuk memberi tahu saya bahwa dia tidak lagi melihat solusi manusia untuk pemanasan global,” katanya. “Dia menaruh semua harapannya pada teknologi dan kecerdasan buatan untuk keluar darinya.”
“Dia sangat terisolasi dalam kecemasan lingkungannya dan mencari jalan keluar sehingga dia melihat chatbot ini sebagai angin segar,” pungkas si istri. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"