KONTEKS.CO.ID – Politikus Muslim India ditembak. Ya, seorang politikus dan saudara laki-lakinya ditembak mati saat program siaran langsung televisi (TV), Sabtu malam, 15 April 2023.
Atiq Ahmed, 61, yang dipenjara pada 2019 dan dihukum karena penculikan, dibawa ke rumah sakit oleh polisi ketika pria bersenjata melepaskan tembakan dari jarak dekat.
“Menurut informasi awal, tiga orang yang menyamar sebagai wartawan mendekati mereka dan melepaskan tembakan. Para penyerang telah ditahan dan diinterogasi,” ungkap pejabat polisi Prashant Kumar, dilansir DW, Senin, 17 April 2023.
Untuk mengantisipasi potensi kerusuhan setelah pembunuhan, Pemerintah Uttar Pradesh melarang pertemuan lebih dari empat orang di seluruh negara bagian.
Para Pembunuh Teriakan Slogan Hindu
Serangan itu terjadi di utara Kota Prayagraj. Tayangan TV dari penembakan itu menunjukkan para penyerang meneriakkan slogan-slogan Hindu setelah melakukan penembakan.
Slogan tersebut telah menjadi seruan bagi kaum nasionalis Hindu dalam kampanye mereka melawan warga Muslim. Meski kedua korban berasal dari minoritas Muslim India, pihak berwenang belum memastikan apakah serangan itu dimotivasi oleh sektarianisme.
Ahmed -mantan anggota Parlemen India- dan saudara laki-lakinya memiliki keterlibatan luas dalam dunia kriminal India. Bahkan Ahmed menghadapi lebih dari 100 kasus berbeda.
Polisi menyebut orang-orang bersenjata diyakini sebagai penjahat kelas teri.
Pembunuhan di Luar Hukum
Insiden itu terjadi hanya beberapa hari setelah polisi di negara bagian yang sama di Uttar Pradesh menembak mati putra Ahmed yang berusia 19 tahun dan seorang lainnya dalam baku tembak. Keduanya dicari dalam kasus pembunuhan.
Puluhan orang yang menghadapi dakwaan pidana telah dibunuh di negara bagian itu dalam beberapa tahun terakhir. Aksi ini disebut “pertemuan polisi”, yang menurut kelompok hak asasi manusia seringkali dikatakan sebagai eksekusi di luar hukum.
Ahmed, yang menghadapi dakwaan pembunuhan dan penyerangan, dalam sebuah petisi ke pengadilan tinggi India mengklaim bahwa nyawanya tengah terancam.
Penembakan itu memicu larangan pertemuan lebih dari empat orang di negara bagian utara berpenduduk 200 juta orang yang diperintah oleh Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) Perdana Menteri Narendra Modi.
Aksi penembakan juga dikutuk oleh partai oposisi yang menuduh BJP memerintah karena ketakutan.
Banyak politisi dari semua partai politik di seluruh India menghadapi tuntutan pidana, dengan Uttar Pradesh menjadi pusat khusus untuk kasus semacam itu.
Menurut Asosiasi untuk Reformasi Demokratis, hampir setengah dari menteri pemerintah negara bagian – termasuk perdana menteri negara bagian- menghadapi tuntutan pidana. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"