KONTEKS.CO.ID –
Tentara bersenjata berseragam dan bertopeng muncul di televisi di Burkina Faso pada Jumat malam, 30 September 2022 untuk mengkonfirmasi penggulingan Presiden Paul-Henri Damiba. Ini merupakan kudeta kedua di negara Afrika Barat tahun ini.
Kapten Angkatan Darat Burkina Faso, Ibrahim Traore, mengumumkan Jumat malam bahwa tentara telah merebut kekuasaan dan menggulingkan pemimpin militer Paul Henri Damiba.
Traore mengatakan dalam pernyataan bahwa sekelompok perwira yang membantu Damiba merebut kekuasaan pada Januari telah memutuskan bahwa pemimpin itu tidak lagi bisa mengamankan negara, yang telah memerangi pemberontakan Islamis yang meningkat.
Pernyataan yang ditandatangani Traore dibacakan di televisi pemerintah Jumat malam oleh perwira militer lainnya. “Menghadapi situasi yang memburuk, kami mencoba beberapa kali untuk membuat Damiba kembali fokus pada transisi keamanan,” kata pernyataan Traore.
Damiba berkuasa pada Januari, setelah mengambil alih kekuasaan dalam kudeta yang menggulingkan Presiden Roch Kabore. Dia berjanji akan membuat negara lebih aman. Namun, kekerasan berlanjut dan ketegangan politik meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Damiba baru saja kembali dari berpidato di Sidang Umum PBB di New York.
Para pemimpin militer baru negara itu mengatakan mereka membubarkan majelis nasional. Mereka juga mengumumkan perbatasan Burkina Faso ditutup dan jam malam berlaku mulai pukul 9 malam sampai pukul 05.00 waktu setempat.
Selepas tengah hari, kantor kepresidenan merilis pernyataan di Facebook, yang antara lain mengatakan, “Mengingat situasi membingungkan yang timbul akibat emosi beberapa elemen angkatan bersenjata nasional Jumat ini … Negosiasi sedang dilakukan untuk memulihkan ketenangan dan ketentraman.”
Kedutaan Besar Amerika memperingatkan warganya agar membatasi pergerakan dan terus menyimak informasi dari laporan media lokal.
Ini adalah pola yang semakin akrab di Afrika Barat dan Tengah dalam dua tahun terakhir ketika gerilyawan Islam membuat kekacauan di wilayah Sahel yang gersang. Gerilyawan ini telah membunuh ribuan orang dan mengikis kepercayaan pada pemerintahan yang saat ini lemah.
Mali, Chad, dan Guinea negara yang alami kudeta sejak 2020. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"