KONTEKS.CO.ID – Rudal hipersonik Iran sulit dicegat sistem persenjataan militer Israel. Hal itu dikemukakan analis media dan pakar di Israel yang tengah membahas rudal Fattah Iran
Teheran pada Selasa pekan ini telah mengenalkan rudal hipersonik Iran. Pengenalannya dilakukan langsung oleh Panglima Korps Pengawal Revolusi Islam, Mayor Jenderal Hossein Salami.
Salami menegaskan, rudal Fattah memberi Iran keunggulan militer yang “signifikan” di wilayah tersebut.
Menurut Nir Dvori, seorang komentator militer di Channel 12 Israel, rudal itu akan sulit dideteksi, diamati, dan dicegat.
(Baca juga: Kenalkan Ini Fattah, Rudal Hipersonik Pertama Iran yang Tak Terhentikan)
Komentator urusan Arab pada saluran itu, Ohad Hamo, mengatakan, rudal Iran adalah langkah lain untuk “menghalangi” Israel meluncurkan segala jenis serangan militer terhadap Republik Islam Iran.
Dia juga menunjukkan bahwa rudal Fattah akan sulit dicegat karena kecepatannya —Mach 13— dan kemampuan manuvernya.
“Tidak ada sistem pertahanan rudal yang bisa mengenainya,” katanya seraya menambahkan, AS tidak memiliki rudal hipersonik. Hanya China dan Rusia yang mempunyainya.
“Pengungkapan rudal hipersonik Fattah oleh Iran adalah sebuah pesan untuk Israel,” kata surat kabar Israel, Maariv.
Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan kepada mereka yang hadir pada upacara peluncuran rudal, “Kami tahu pencapaian ini membuat musuh kami marah, tetapi kami mengatakan kepada mereka, matilah dalam kemarahan Anda, karena pencapaian ini membuat rakyat Iran bahagia. Kekuatan yang dicapai adalah karya ilmiah dan lokal yang jauh dari tekanan asing.”
Raisi bersikeras bahwa pasukan penangkal Iran murni defensif, tidak pernah ofensif. “Ini adalah titik kekuatan yang berkontribusi dalam membangun keamanan di kawasan. Rudal ini berarti bahwa kawasan tersebut akan aman dari pelaku kejahatan dan agresi asing,” tuturnya.
“Pesan bagi mereka yang berpikir untuk menyerang Iran adalah bahwa Republik Islam adalah negara yang kuat dan kekuatannya bertujuan untuk mendukung rakyat dan orang-orang tertindas di dunia,” pungkasnya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"