KONTEKS.CO.ID – IMF akhirnya menyuntik Ukraina sebesar US$1,3 miliar atau setara dengan Rp19,87 triliun di bawah Instrumen Pembiayaan Cepat (Rapid Financing Instrument/RFI). Hal ini dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan neraca pembayaran Ukraina.
Ekonomi Ukraina dimasa depan diprediksi akan semakin suram, dimana lebih dari sepertiga penduduknya mengungsi keluar negeri dan kemungkinan besar tidak akan kembali, negara bekas Uni Sovyet ini mengalami krisis angkatan kerja produktif. PDB riil diproyeksikan berkontraksi sebesar 35 persen pada 2022 dibandingkan dengan 2021 serta pembiayaan ruutin lainnya yang amat besar.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal memperkirakan negaranya akan menghadapi defisit anggaran $38 miliar pada tahun 2023, dimana sebagian besar akan ditutupi oleh pembiayaan dari IMF. Dengan setiap hari perang berlanjut, biaya rekonstruksi pascaperang, yang saat ini diperkirakan mencapai $349 miliar dan semakin meningkat setiap harinya.
Negara termiskin di Eropa ini praktis tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, karena selain IMF negara yang dipimpin presiden Zelenski ini juga mendapatkan bantuan dari Bank Dunia sebesar US$ 530 juta untuk kebutuhan jangka pendek.
“Bank Dunia telah memobilisasi hampir US$ 13 miliar dana darurat untuk Ukraina, US$ 11 miliar di antaranya telah dicairkan,” demikian pernyataan Bank Dunia beberapa waktu lalu. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"