KONTEKS.CO.ID – Wakil presiden Kirchner saat ini tengah menghadapi tuduhan korupsi semasa dirinya menjabat Presiden antara 2007-2015. Jaksa menuntutnya hukuman penjara 12 tahun dan dilarang memegang jabatan publik.
Tensi politik di Argentina saat ini meningkat tajam sejak beberapa pekan terakhir saat persidangan terhadap wakil presiden berlangsung. Tampaknya pemerintah Fernandez-Kirchner tidak punya waktu untuk membawa Argentina keluar dari krisis. Demikian diungkapkan media Rusia Sputnik.
Kirchner mengumumkan bahwa dia akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2023, tetapi rencananya dapat digagalkan oleh putusan pengadilan. Ancaman penjara tersebut membuat para pendukungnya berkumpul di depan rumahnya setiap hari untuk memberikan dukungan.
Latar Belakang Situasi Politik Dan Rebutan Pengaruh Amerika-Rusia Di Argentina
Sputnik mengulas, saat ini merupakan pertentangan kubu Kirchnerists (Peronis) versus kubu liberal. Dua kelompok politik ini sudah bersaing cukup lama memperebutkan kekuasaan di negara Maradona.
Ada yang menuduh Fernandez dan Kirchner tidak mampu mengeluarkan Argentina dari krisis ekonomi. Alih-alih mendolarisasi atau liberalisasi ekonomi, mereka malah mengandalkan kerja sama dengan Federasi Rusia dan China.
Pemerintah sebelumnya yang dipimpin oleh Mauricio Macri yang beraliran liberal mengakumulasikan utang yang sangat besar (44 miliar USD) kepada IMF. Jumlah utang ini amat fantastis karena melebihi rasio PDB Argentina. Jumlah utang ini berarti 80,1% dari PDB pada kuartal pertama tahun 2022. Perekonomian segera diambang krisis dan terancam default, membuat Argentina nyaris menjadi negara yang gagal.
Pada pemilu berikutnya, pemerintahan beraliran Peronis berhasil merestrukturisasi utang dengan pembayaran bunga yang ditangguhkan. Sebanyak 55,5% utang diakumulasikan dalam mata uang asing. Cadangan internasional Argentina saat itu rendah — jumlahnya sekitar 39,5 miliar dolar AS.
Selain itu, Argentina memiliki defisit anggaran yang tinggi. Inflasi diperkirakan sekitar 70% per tahun, dan kemiskinan – sekitar 40%. Tidak seperti Presiden Brazil Bolsonaro, Presiden Argentina Fernandez hingga saat ini tidak meminta bantuan ke Rusia untuk mengatasi pasokan bahan bakar diesel. Padahal Argentina mengalami kekurangan stok, ditambah berbagai kenaikan harga kebutuhan masyarakat, membuat protes merebak dimana-mana. Para pemrotes menganggap pemerintah gagal mengatasi persoalan.
Pembersihan Pemerintahan Kiri di Amerika Latin
Pendukung Kirchner mengatakan bahwa negara itu diperintah oleh mafia peradilan dan kartel informasi, yang beroperasi atas perintah Amerika Serikat. Mereka merujuk pada pengadilan yang sama terhadap mantan Presiden Brasil Lula da Silva yang beraliran kiri dan akhirnya divonis sepuluh tahun penjara karena korupsi . Mahkamah Agung Brasil membatalkan semua dakwaan tersebut.
Sekarang Lula kembali sebagai calon presiden pada tahun ini dan selalu unggul dalam berbagai jajak pendapat. Atas konflik Ukraina, Lula memandang Zelensky patut disalahkan karena sebenarnya masih dapat dilakukan pembicaraan damai dengan Rusia untuk menghindari perang.
Para pendukung Kirchner menyetujui teori bahwa percobaan pembunuhan ini tidak lepas dari persoalan geopolitik dan pemerintahan saat ini seolah tidak diberikan waktu untuk memperbaiki reorientasi ekonomi dan dipastikan hal ini akan mendekatkan Argentina kepada poros Moscow-Beijing. Faktor terakhir sangat penting untuk konspirasi melawan Kirchner.
Karena bagaimana pun, berkuasanya kelompok liberal yang pro pasar akan sangat merugikan Argentina. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"