KONTEKS.CO.ID – Banjir Libya berpotensi menewaskan setidaknya 2.000 orang. Ini adalah bencana besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara kaya minyak tersebut.
Perkiraan jumlah korban banjir Libya tersebut tersampaikan oleh Kepala Pemerintahan yang mendapat dukungan parlemen timur Libya, Osama Hamad.
“Osama Hamad mengatakan dalam pernyataan pers bahwa lingkungan permukiman hilang setelah arus deras menyapunya bersama ribuan penghuninya ke laut. Situasinya merupakan bencana besar dan belum pernah terjadi sebelumnya di Libya,” lapor organisasi berita negara Libyan News Agency (LANA), Senin 11 September 2023.
CNN belum dapat memverifikasi secara independen jumlah korban tewas. Hamad sendiri tidak memberikan sumber mengenai jumlah korban tewas dan hilang.
Rekaman yang terbagikan di media sosial menunjukkan mobil-mobil yang terendam, bangunan runtuh, dan aliran air deras mengalir melalui jalan-jalan raya.
Hamad meminta personel medis dan asisten medis untuk pergi ke Kota Derna yang terkena dampak paling parah di Libya timur untuk segera memberikan bantuan.
Saluran telepon terputus di Derna dan gambar yang terbagikan oleh Bulan Sabit Merah menunjukkan jalan-jalan yang terendam banjir parah.
“Bulan Sabit Merah di Benghazi memperkirakan 150 hingga 250 orang tewas di Kota Derna,” menurut Reuters.
“Rumah sakit di kota timur Bayda menjalani evakuasi setelah banjir besar akibat curah hujan yang terpicu oleh badai besar,” menurut video yang dibagikan oleh Pusat Medis Bayda di Facebook.
Banjir Libya karena Badai Daniel
Hujan ini merupakan akibat dari sisa-sisa sistem tekanan rendah yang sangat kuat. Badai ini mendapatkan nama Badai Daniel dari badan meteorologi nasional di Eropa Tenggara.
Badai tersebut membawa bencana banjir ke Yunani pekan lalu. Sebelum berpindah ke Mediterania dan berkembang menjadi topan mirip tropis yang familiar sebagai medicane.
Sistem ini dapat membawa kondisi berbahaya ke Laut Mediterania dan negara-negara pesisir. Mirip dengan badai tropis dan angin topan di Atlantik atau topan di Pasifik.
Sisa-sisa badai mempengaruhi Libya utara dan perlahan-lahan akan menuju ke timur menuju Mesir utara. Curah hujan selama dua hari ke depan bisa mencapai 50 mm – wilayah ini rata-rata kurang dari 10 mm sepanjang bulan September.
“Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libya terus memantau keadaan darurat yang disebabkan oleh kondisi cuaca buruk di wilayah timur negara itu,” kata Misi Dukungan PBB di Libya dalam sebuah postingan di X. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"