KONTEKS.CO.ID – Sosok Elon Musk selalu diliputi kontroversi. Beberapa pekan belakangan ia menjadi sorotan. Pendiri Tesla dan SpaceX ini memposting usulannya untuk menyelesaikan konflik di Ukraina. Musk mengusulkan untuk melakukan referendum baru di bekas wilayah Ukraina dengan partisipasi PBB dan mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia.
Mungkin Elon Musk adalah sebagian dari warga dunia yang lelah melihat perang, -terlebih ancaman krisis energi berikut inflasi tinggi sudah tersebar merata di Eropa, Asia dan Afrika terancam krisis pangan,- itu mengapa solusi perdamaian terlintas dikepalanya. Dan segera pendiri Tesla ini panen hujatan oleh simpatisan perang Ukraina.
Bahkan di Odessa, wilayah Ukraina yang memiliki akses langsung dengan laut, menutupi wajah Elon Musk di papan reklame mengenai pesohor yang mendukung Ukraina.
Tak hanya itu, Duta Besar Ukraina untuk Jerman Andrij Melnyk yang terang terangan mengagumi neo Nazi, berkomentar atas usulan perdamaian Musk.
Tanpa Starlink, Ukraina hidup di zaman Megalitikum
Sejak operasi khusus Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022, langit negara gagal ini praktis gelap karena satelit internet lumpuh. Wakil perdana menteri yang juga menteri transformasi digital Mykhailo Fedorov memohon agar Elon Musk sudi membantu Ukraina agar akses internet lancar jaya.
Tanpa proses lama dan dukungan dana internal perusahaan, SpaceX mengirimkan 20.000 terminal Starlink, yang dirancang untuk bekerja dengan satelit yang mengorbit di ruang angkasa untuk menyediakan akses online. Namun mungkin saat ini penggunaan data hingga 100X lebih besar daripada rumah tangga biasa, cukup membuat pengeluaran SpaceX kedodoran.
Terlebih industri senjata dan pelobi yang untung besar, tidak berkontribusi apa apa selain membakar tungku perang.
Walau Ukraina tidak tahu cara berterima kasih kepada Elon Musk, setidaknya mereka ingat bahwa tanpa keberadaan Starlink saat ini, negara mereka akan kembali ke era megalitikum. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"