KONTEKS.CO.ID – Perbandingan kekuatan militer Israel vs Hamas Palestina. Perang besar tengah berkobar sejak hari Sabtu pekan lalu di Jalur Gaza, Palestina.
Israel sedang mengerahkan kekuatan militer besar di sekitar perbatasan Jalur Gaza yang terkepung saat negara itu mulai melakukan serangan darat ke markas Hamas.
Bentrokan yang terjadi ini akan mempertemukan dua kekuatan yang sangat berbeda dalam lingkungan perang perkotaan sulit dan hancur.
Pertempuran di Gaza sebelumnya telah terbukti merugikan kedua belah pihak, di mana keunggulan teknologi Israel yang luas teredam oleh keahlian perang gerilya dan keunggulan Hamas di lapangan.
Perbandingan Kekuatan Militer Israel vs Hamas Palestina
The Israel Defense Forces (IDF) memiliki 169.500 personel aktif. Kini kekuatannya bertambah dengan mengaktifkan 360.000 personel cadangan.
Hamas, sebaliknya, diperkirakan hanya memiliki 40.000 pejuang kemerdekaan Palestina. Meskipun kekuatan pasti dan komposisi kekuatan tersebut tidak jelas.
Hamas diperkirakan kehilangan sekitar 1.500 pejuang dalam serangan infiltrasinya ke Israel selatan.
Kedua kekuatan tersebut tidak sebanding. “Mereka benar-benar berbeda,” kata Murat Aslan, pakar keamanan Turki, profesor di Universitas Hasan Kalyoncu dan peneliti senior di lembaga pemikir SETA kepada Newsweek.
“Mereka memiliki struktur kekuatan yang sangat berbeda,” katanya lagi.
IDF didukung oleh anggaran militer sekitar Rp367,5 triliun. Sementara Hamas sangat bergantung pada pendanaan asing, dan besaran anggaran militernya tidak jelas.
The Times of Israel melaporkan pada tahun 2016, bahwa kelompok tersebut menghabiskan sekitar Rp1,6 triliun untuk infrastruktur militer setiap tahunnya.
IDF mempunyai sekitar 2.200 tank, dengan platform Merkava yang berfungsi sebagai kendaraan lapis baja berat utama. Mereka didukung oleh sekitar 300 artileri derek, 650 senjata self-propelled, dan 300 sistem artileri roke. Termasuk Sistem Peluncuran Berganda M270 yang dikembangkan AS.
Hamas tidak menggunakan senjata lapis baja atau artileri jarak jauh dengan cara apa pun. Sistem seperti itu akan menjadi sasaran empuk bagi pasukan Israel.
Sebaliknya, mereka menggunakan kendaraan ringan yang bergerak cepat seperti jip, truk pikap, dan sepeda motor. Semuanya tergunakan dalam serangan akhir pekan lalu di Israel selatan.
Hamas Andalkan Rudal Anti-Tank
Hamas akan berupaya melawan keunggulan lapis baja Israel dengan rangkaian sistem rudal anti-tanknya. Para pejuang sering menggunakan senjata ini untuk menargetkan pasukan, kendaraan, dan posisi Israel di sepanjang perbatasan Gaza dalam beberapa tahun terakhir.
Di antara sistem yang digunakan dengan Hamas adalah platform Kornet buatan Rusia dan senjata anti-tank keluarga Fajr Iran.
Roket jarak jauh dengan berbagai kecanggihan mungkin merupakan senjata Hamas yang paling penting. Ini sering tergunakan untuk membombardir kota-kota Israel hingga Tel Aviv.
Hamas mempersenjatai diri dengan rudal balistik Fateh-110 buatan Iran. Rudal dapat diangkut melalui jalan darat, dapat membawa hulu ledak 500 kg, dan memiliki jangkauan hingga 185 mil.
Mereka juga menggunakan roket kurang canggih yang dirakit di Gaza. Kelompok ini terperkirakan memiliki sekitar 10.000 roket.
Israel melawan serangan roket Hamas dengan sistem pertahanan rudal Iron Dome, yang memiliki tingkat keberhasilan sekitar 96%. Namun, serangan roket massal terkadang membuat beberapa rudal berhasil menembus payung pertahanan.
Roket pencegat Iron Dome berkali-kali lebih mahal dibandingkan roket tak terarah milik Hamas. Ini menjadikannya cara yang mahal untuk menghentikan serangan.
Israel sendiri menguasai langit Palestina. IDF memiliki armada pesawat tempur F-15, F-16, dan F-35 buatan Amerika yang mampu mengebom Gaza sesuka hati. Helikopter serang Apache Israel juga secara rutin menargetkan posisi Hamas di Jalur Gaza.
Israel juga sangat dominan di laut, dengan 49 kapal permukaan dan 5 kapal selam. Hamas tidak memiliki angkatan laut dan malah menggunakan kapal sipil berukuran kecil untuk melancarkan serangan infiltrasi di sepanjang pantai Israel.
Drone Hamas vs Israel
Israel juga menggunakan berbagai platform drone, di antaranya seri Heron, Hermes, dan Skylark. Hamas juga menggunakan drone, meskipun persenjataannya yang kurang canggih memiliki sistem mulai dari quadcopter kelas komersial. Ini mirip dengan drone “kamikaze” yang terinspirasi dari Iran.
Harapan terbaik Hamas untuk menimbulkan korban di IDF adalah melalui serangan lintas batas atau dengan menarik pasukan Israel ke pusat kota yang hancur di Jalur Gaza.
Aslan memperkirakan adanya perlawanan gerilya terhadap operasi militer Israel. Ia juga menekankan pentingnya upaya Israel untuk melenyapkan para pemimpin senior Hamas dalam pemboman yang sedang berlangsung untuk mengganggu stabilitas perencanaan pertahanan.
“Pastinya pasukan Israel akan berada dalam bahaya besar, karena Anda memiliki gedung-gedung tinggi—tempat penembak jitu dapat dengan mudah bersembunyi dan menembak jatuh tentara Israel,” kata Aslan. “Akan ada perlawanan besar di Kota Gaza.”
Hamas terperkirakan akan melakukan ranjau besar-besaran dan memasang jebakan yang mungkin menjadi jalur masuk pasukan Israel. Mereka juga menggunakan jaringan terowongan dan benteng tersembunyi untuk memperlambat serangan Israel dan menyergap pasukan Israel.
Upaya-upaya tersebut bahkan mungkin terbantu oleh pemboman Israel, yang telah mengubah seluruh lingkungan menjadi wilayah yang kacau balau dan TERpenuhi puing-puing.
Michael Milshtein, pakar kelompok militan Palestina yang bekerja di Pusat Studi Timur Tengah dan Afrika Moshe Dayan di Universitas Tel Aviv, mengatakan, Hamas akan tetap menggunakan kemampuan asimetrisnya untuk memproyeksikan kekuatan ke Israel dalam menghadapi serangan konvensional.
“Sebisa mungkin mereka akan berusaha melintasi perbatasan dan melakukan serangan teror lainnya di desa-desa dekat perbatasan,” katanya.
“Mereka telah meluncurkan sekitar 5.000 roket dari berbagai jarak. Saya tidak tahu berapa banyak roket yang masih mereka miliki. Saya yakin mereka menyimpan roket ketika Israel masuk ke Gaza, dan kemudian mulai meluncurkannya. Namun nampaknya mereka memiliki roket yang semakin sedikit,” paparnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"