KONTEKS.CO.ID – Pembelian minyak New Delhi dari Moskow telah meningkat dari 2 persen menjadi 12 persen dari keseluruhan impor sejak Februari. Mengimpor minyak mentah dari Rusia adalah bagian dari strategi “inflasi-manajemen” India mengingat harga global yang tinggi.
Melihat pesaingnya mendapatkan keuntungan dari pembelian tersebut, Pakistan kini tertarik untuk membeli minyak mentah Ural Rusia dengan harga diskon yang sama seperti India.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan Pakistan Ishaq Dar. Pernyataan itu dibuat pada konferensi pers di Washington saat ia mengakhiri kunjungan empat hari ke AS untuk menghadiri pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Dar menyatakan keyakinannya bahwa pemerintah barat tidak akan keberatan dengan Islamabad yang mengambil minyak mentah dari Moskow, hal ini jika merujuk pada kondisi keuangan Pakistan yang sulit dan telah diperburuk oleh dampak banjir yang telah menewaskan lebih dari 1.700 orang dan mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar $32 miliar.
Dar merupakan penganjur kuat yang konsisten untuk membeli minyak mentah dari Rusia. Bahkan sejak bulan lalu ia menekankan perlunya berkampanye dengan Barat sehingga mendapat “perlakuan yang sama” seperti India sejauh menyangkut impor minyak mentah Rusia.
Menurut menteri, diskon 20 sampai 30 persen dengan sumber minyak mentah dari Rusia akan bermanfaat bagi ekonomi Pakistan amblas akibat banjir.
Negaranya membutuhkan sekitar $16 Miliar saat ini untuk melaksanakan pekerjaan bantuan dan rehabilitasi, menteri menambahkan.
Pernyataan terbaru oleh menteri keuangan federal Pakistan datang setelah Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia menurunkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk Pakistan.
Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) Countering the Cost-of-Living Crisis yang diterbitkan minggu lalu, IMF memperingatkan bahwa pertumbuhan PDB bisa turun menjadi 2,7 persen pada 2023. Laporan tersebut tidak memperhitungkan dampak ekonomi dari banjir.
Pakistan telah menghadapi serangan inflasi konsumen yang parah, yang meningkat selama enam bulan berturut-turut sebelum mencapai 27 persen pada Agustus dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bank Dunia mengatakan bulan ini bahwa rata-rata inflasi di Pakistan diperkirakan akan mencapai 23 persen pada tahun keuangan 2023, sebagian besar didorong oleh gangguan terkait banjir terhadap pasokan makanan dan komoditas serta harga energi yang tinggi sebagai konsekuensi dampak krisis ekonomi di AS dan Eropa karena mengenakan sanksi atas ekspor energi Rusia.
Perdana Menteri Shahbaz Sharif dilaporkan membahas masalah ini dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, ketika keduanya bertemu di sela-sela KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand bulan lalu.
Menurut pejabat Pakistan, Islamabad telah menawarkan Moskow opsi “pembayaran yang ditangguhkan” untuk pembelian minyak mentah. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"